TEMPO.CO, Semarang - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah libatkan mubaligh untuk menekan inflasi daerah selama bulan ramadhan. Keberadaan mubaligh itu dinilai efektif menekan inflasi lewat materi dakwah yang dilakukan kepada masyarakat.
“Mereka (mubaligh) kami nilai sangat efektif untuk imbauan moral pengendalian inflasi,” kata Wakil Ketua TPID Jateng, Hamid Ponco Wibowo, Rabu 24 Mei 2017.
Langkah yang dilakukan melibatkan sejumlah organisasi massa Islam di antaranya Nahdlotul Ulama (NU), Muhammadiyah, Dewan Masjid Indonesia Jateng, Aisyiyah, dan Muslimat. “Kami gelar Training of Trainer (ToT) kepada Mubaligh dalam mendukung Pengendalian Inflasi,” kata Hamid.
Baca: Inflasi Diprediksi 0,27 Persen, BI: Ini Pemicunya
Tercatat lebih 250 orang mubalig dilibatkan untuk memberikan imbauan moral kepada masyarakat melalui media dakwah. TPID berharap para mubaligh itu mampu mengingatkan kepada masyarakat dan konsumen untuk mengalokasikan pengeluarannya dengan lebih bijak, lewat jalur kegiatan keagamaan selama bulan puasa dan kegiatan harian lain.
Selain ke publik, TPID berharap para mubaligh juga mampu mengimbau para pedagang agar menjual barang secara jujur, dengan cara menjual barang yang masih layak serta tidak menimbun dan mempermainkan harga.
“Kami sangat berharap agar upaya mencapai kestabilan harga didukung oleh semua kalangan, tak terkecuali para alim ulama,” katanya.
Baca: BPS Perkirakan Inflasi Tinggi pada Mei dan Juni
Hamid yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng menyatakan kestabilan harga tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan barang maupun penawaran dan permintaan saja, namun juga ditentukan oleh faktor biaya produksi, biaya distribusi, bahkan spekulasi dan persepsi konsumen.
Ketua majelis ulama indonesia (MUI) Jateng, KH. Ahmad Daroji menyatakan peran ulama mendukung pengendalian inflasi sangat penting karena perilaku Islami dalam berkonsumsi dan berdagang diatur dalam syariah.
“Nah itu semua ada aturanya yang bisa disampaikan ke jamaah dan publik,” kata Daroji.
Ia menyebutkan materi dakwah dengan tema hidup sederhana dalam menyindong bulan ramadhan dan hari besar bisa dilakukan dalam kegiatan ceramah, khutbah, pengajian, maupun media dakwah lain. “Ini kan bagian dari dakwah amar makruf nahi mungkar,” katanya.