TEMPO.CO, Jakarta - Menindaklanjuti hasil kunjungan ke Belt and Road Forum di Beijing pekan lalu, Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas terkait hasil kunjungan di sana. Kepada menteri-menteri yang hadir, Jokowi menyampaikan forum tersebut menunjukkan ada banyak peluang investasi ke Indonesia selain dari China.
"Setelah mengikuti forum itu, saya jadi melihat bahwa masih banyak peluang kerjasama dengan negara lain (tidak tertutup pada China saja)," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Bogor, Senin, 22 Mei 2017.
Baca: Bersama Jokowi, Raja Swedia Lihat Patung Tangan Tuhan di Bogor
Sebagaimana diketahui, Belt and Road atau OBOR (One Belt, One Road) adalah ambisi China untuk menghidupkan kembali jalur sutra dengan negara mereka sebagai pusatnya. Tujuannya tak lain adalah mendorong perdagangan dan pertumbuhan ekonomi Asia, Eropa, dan Afrika.
Baca: 4 Ide Jokowi Mengatasi Terorisme di Dunia
Untuk mewujudkan proyek itu, China tidak bisa sendirian. Walaupun memiliki sumber dananya, mereka tetap membutuhkan kerjasama dengan negara lain untuk mewujudukannya.
Jokowi, dalam forum tersebut, menyatakan bahwa dirinya tidak menentang inisiatif China itu. Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia sudah memiliki masterplan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan kata lain, Indonesia belum tentu turut serta ke OBOR.
Baca: Jokowi Bagi Pengalaman Atasi Terorisme di KTT Arab Islam-Amerika
Jokowi menjelaskan, minat investasi negara lain pada Belt and Road Forum perlu direspon dan diutamakan dikarenakan hal itu jarang terjadi. Sepengetahuan dia, tidak sampai dua kali momentum serupa datang.
Di sisi lain, Indonesia baru saja menerima rating Investment Grade dari firma S&P. Walhasil, Indonesia memiliki segala momentum yang ada untuk memicu investasi ke Indonesia.
"Kesiapan-kesiapan kita dalam melayani investasi yang masuk harus detail. Jangan sampai sudah masuk, lalu minat investor menurun karena pelayanan akhir yang tak baik seperti masalah perizinan," ujar Jokowi.
ISTMAN MP