TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, 18 Mei 2017, bergerak melemah 43 poin menjadi Rp 13.367, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.324 per dolar AS.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan antisipasi keputusan Standard & Poors (S&P) mengenai peringkat Indonesia membuat sebagian pelaku pasar uang menahan transaksinya untuk masuk ke aset berdenominasi rupiah. "S&P masih menjadi sentimen yang dinanti pelaku pasar keuangan di dalam negeri," katanya, di Jakarta, Kamis, 18 Mei 2017.
Kendati demikian, menurut dia, fluktuasi rupiah relatif masih stabil di tengah stabilitas sistem keuangan di dalam negeri yang cukup terjaga. Kondisi itu dapat membuka ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Di sisi lain, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Mei 2017 yang memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75 persen juga menunjukan stabilitas makroekonomi terjaga yang akhirnya dapat mendorong rupiah terapresiasi.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan dolar AS relatif terbatas menyusul estimasi pasar terhadap data klaim tunjangan pengangguran dan data indeks manufaktur Amerika Serikat yang keduanya diperkirakan tidak sesuai ekspektasi pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, krisis politik di Amerika Serikat yang tampaknya belum kondusif, dan kemungkinan dapat menunda upaya Presiden AS Donald Trump untuk melaksanakan rencananya turut membatasi laju dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.343 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu, 17 Mei 2017, Rp 13.306 per dolar AS.
ANTARA