TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah rentan mengalami pelemahan akibat kekhwatiran pasar perihal surplus pasokan.
Pada Kamis, 4 Mei 2017, pukul 12:49 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2017 turun 0,14 poin atau 0,29 persen menuju US$ 47,68 per barel. Adapun harga Brent kontrak Juni 2017 merosot 0,12 poin atau 0,24 persen menjadi US$ 50,67 per barel.
BACA JUGA :
- Bank Dunia: Fundamental Ekonomi RI Kuat
- Permintaan Lahan Industri Pulih
- Sri Mulyani Pede Dengan Ekonomi Indonesia
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan harga minyak mentah WTI merosot tajam sepanjang pekan ini karena peningkatan produksi di Libya dan Kanada. Masalah kepatuhan pemangkasan produksi OPEC juga menjadi pertanyaan pasar.
"Turunnya kepatuhan terhadap kesepakatan produksi OPEC membuat aksi jual membayangi harga komoditas ini," tuturnya dalam publikasi riset, Kamis, 4 Mei 2017.
Seperti diketahui, OPEC dan negara-negara produsen minyak mentah lainnya untuk mengurangi produksi pada semester I/2017 sekitar 1,8 juta barel per hari (bph). Namun, pemangkasan suplai belum mencapai 100 persen.
Menurut Lukman, hal ini mengindikasikan pasar minyak global masih terganggu masalah surplus suplai. Pelaku usaha juga semakin pesimis upaya OPEC mampu menstabilkan pasar emas hitam yang telah jenuh.
Dalam waktu dekat, pasar terbebani peningkatan suplai minyak shale Amerika Serikat. Pada Rabu, 3 Mei 2017, waktu setempat, U.S. Energy Information Administration (EIA) melansir data stok minyak AS dalam sepekan yang berakhir Jumat, 28 April 2017, turun 930.000 barel menjadi 527,78 juta barel.
Volume persediaan menunjukkan pemerosotan dalam empat minggu berturut-turut. Namun, angka tersebut masih lebih rendah dari median survei Bloomberg yang meprediksi penurunan sebesar 3 juta barel.
Sementara tingkat produksi minyak AS naik 28.000 barel per hari (bph) menuju 9,29 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015. Angka ini juga menunjukkan volume produksi bertumbuh 12 pekan berturut-turut, atau peningkatan terpanjang sejak 2012.
Dari sudut pandang teknikal, sambung Lukman, harga WTI bearish dalam rentang harian. Bila terjadi break down di bawah US$ 47,50 per barel maka akan membuka jalan menuju US$ 44 per barel.