TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengaku tak habis pikir mengenai lifting gas di dalam negeri.
"Saya itu tidak bisa mengerti, biaya produksi naik tapi kok output produksinya menurun. Enggak ngerti saya, sama sekali," ujar Jonan dalam Forum Gas Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu, 3 Mei 2017.
Menurut Jonan, cara seperti itu sudah tidak berlaku lagi di dunia bisnis masa kini. "Itu namanya bukan kerja, tapi prakarya," kata dia. Jonan berujar dia telah menjelaskan persoalan ini kepada Presiden Joko Widodo. "Presiden juga tidak bisa mengerti," ujar dia.
Baca: Produksi dan Lifting Migas 2016 Lampaui Target
Jonan mengaku telah mengutarakan keheranannya pada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). "Kalau saya kelamaan tidak mengerti, tinggal saya yang diganti, atau Anda yang saya ganti," kata dia.
Menghasilkan produk bagus dengan harga yang pantas, kata Jonan, adalah suatu kewajiban yang harus diterapkan seluruh perusahaan. Dia menekankan perlunya kesungguhan dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi dari waktu ke waktu.
Jonan menggarisbawahi formulasi penghitungan biaya antara negara maju dan Indonesia. "Fixed cost di Amerika atau Eropa itu 70 persen tenaga kerja dianggap variabel, di Indonesia enggak mungkin bisa," kata dia.
Simak: Rekor, Produksi Minyak dan Gas Indonesia di Atas Target
Sehingga, lanjut dia, fixed cost tersebut tidak bisa dikurangi. Masih menurut Jonan, kalau fixed cost tidak dapat dikurangi, maka produksi tidak boleh turun. Memang, kata dia, tuntutan tersebut cukup sulit direalisasikan. "Tapi kan Bapak (pejabat SKK Migas) gajinya besar, ya harus yang sulit," ujar dia.
CAESAR AKBAR | WAWAN PRIYANTO