Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Empat Bulan Terakhir, OPEC Pangkas Produksi Minyak

image-gnews
REUTERS/Heinz-Peter Bader
REUTERS/Heinz-Peter Bader
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Produksi minyak OPEC turun dalam empat bulan berturut-turut sampai April 2017. Namun, kepatuhan pemangkasan suplai merosot.

Berdasarkan survei Reuters, OPEC mematuhi pemangkasan produksi sebesar 90 persen pada April 2017. Persentase ini lebih rendah dibandingkan Maret 2017 yang mencapai 92 persen.

Pada rapat 30 November 2016, anggota OPEC sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi 32,5 juta bph mulai awal 2017. Selanjutnya pada 10 Desember 2016, sejumlah negara produsen minyak mentah lainnya setuju menurunkan suplai baru sejumlah 558.000 bph.

Artinya, mulai tahun ayam api, pasar minyak mentah akan mengalami selisih pasokan minyak baru hampir 1,8 juta bph. Perjanjian ini berlangsung pada Januari 2017-Juni 2017.

Menurut Survei, pemangkasan produksi pada April 2017 ditopang oleh eksportir utama Arab Saudi yang mempertahankan penambangannya di bawah target. Sementara pemeliharaan dan kerusuhan memotong produksi di Nigeria dan Libya.

Sebagai informasi, Nigeria dan Libya tidak ikut dalam perjanjian pemangkasan produksi. Pasalnya, kedua negara perlu memulihkan perekonomian akibat serangan militan.

Dengan pengurangan Libya dan Nigeria, serta Indonesia yang membekukan sementara keanggotaannya di dalam organisasi, berarti produksi OPEC pada April 2017 ialah sebesar 31,97 juta bph. Angka tersebut lebih tinggi sekitar 220.000 bph dari target pasokan.

Menurut survei, OPEC ingin menyingkirkan kelebihan pasokan yang menekan harga minyak di bawah US$52 per barel.

"Dengan kelebihan pasokan yang terbukti sulit digeser, OPEC diharapkan bisa memperpanjang kesepakatan," papar survei yang dikutip Bisnis.com, Rabu, 3 Mei 2017.

Kepatuhan pemangkasan produksi hingga 90 persen masih lebih tinggi dibandingkan hasil yang diraih OPEC pada penurunan suplai terakhir pada 2009. Para analis termasuk di International Energy Agency (IEA) menyebutkan kepatuhan pada tahun 2017 jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada April 2017, peningkatan produksi terbesar berasal dari Angola, yang menjadwalkan ekspor yang lebih tinggi. Kenaikan tersebut membawa kepatuhan Angola turun menjadi 91persen, dari di atas 100 persen pada awal tahun.

Kenaikan kecil lainnya berasal dari Kuwait dan Arab Saudi, meskipun kepatuhan masing-masing negara menjadi yang tertinggi kedua dan tertinggi di OPEC.

Bahkan dengan adanya kenaikan produksi pada April 2017, total pemangkasan produksi yang dicapai oleh produsen utama OPEC Arab Saudi adalah 574.000 bph, jauh di atas target pemotongan 486.000 bph.

Sementara itu, produksi Iran sedikit meningkat. Teheran mengizinkan peningkatan kecil dalam output berdasarkan kesepakatan OPEC.

Peningkatan ini mengimbangi pasokan yang lebih rendah di Irak, yang mengekspor sedikit minyak mentah dari terminal selatan dan juga Venezuela. Volume ekspor juga turun dari bulan ke bulan, menurut data pengiriman.

Produksi di Uni Emirat Arab turun, tetapi produksi pada Maret 2017 lebih tinggi dari perkiraan semula. UEA, yang telah berfokus pada perluasan kapasitas minyak dalam beberapa tahun terakhir, bersikap lebih lambat dari anggota lainnya dalam memangkas pasokan.

Di Libya, produksi turun karena demonstrasi yang menghalangi sebuah pipa mendorong penutupan lapangan Sharara. Penurunan suplai di sana berlanjut pada akhir April, yang menunjukkan bahwa pada Mei dapat terjadi produksi yang lebih tinggi jika tidak ada kerusuhan lebih lanjut.

BISNIS.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.


Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?


Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?


Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu 3 September 2022. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?


Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.


Harga Minyak Mentah Menguat ke USD 76,95 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

27 Mei 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Mentah Menguat ke USD 76,95 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka menguat pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB. Bagaimana rinciannya dan apa penyebab kenaikannya?


Pasokan Bahan Bakar Amerika Serikat Turun, Harga Minyak Mentah Menguat

25 Mei 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Pasokan Bahan Bakar Amerika Serikat Turun, Harga Minyak Mentah Menguat

Harga minyak mentah berjangka menguat pada akhir perdagangan.


Harga Minyak Dunia Naik jadi USD 85,61 Didorong oleh 3 Faktor Utama

12 April 2023

Ilustrasi kilang minyak. REUTERS
Harga Minyak Dunia Naik jadi USD 85,61 Didorong oleh 3 Faktor Utama

Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi, 12 April 2023. Apa saja tiga faktor utama yang mendorong kenaikan harga tersebut


Pemerintah Sebut Harga Pertalite Bisa Diturunkan, Apa Syaratnya?

10 April 2023

Antrian kendaraan mengisi BBM di sebuah SPBU di Jakarta, Jumat 16 September 2022. Efek naiknya BBM ini memang sangat terasa. Disamping harga yang semakin tinggi, antrian di SPBU juga semakin mengular. Antrian diduga karena harga BBM eceran sudah tidak bisa bersahabat dan tidak semua pom mini menjual pertalite. TEMPO/Subekti.
Pemerintah Sebut Harga Pertalite Bisa Diturunkan, Apa Syaratnya?

Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan ada peluang penurunan harga bahan bakar minyak atau BBM subsidi jenis Pertalite


Permintaan Meroket, Harga Minyak Dunia Diprediksi Menguat Senin Besok

2 April 2023

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Permintaan Meroket, Harga Minyak Dunia Diprediksi Menguat Senin Besok

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga minyak dunia menguat di rentang 72,39 hingga 77,65 per dolar AS per barel dalam perdagangan besok Senin, 3 April 2023.