TEMPO.CO, Jakarta - Saudi Aramco kini menjadi pemilik tunggal Kilang Port Arthur, fasilitas pengolahan minyak terbesar di Amerika Serikat, setelah mengambil alih saham milik Royal Dutch Shell Company. CNN Money mengabarkan Aramco yang sebelumnya menguasai 50 persen saham Motiva Enterprises LLC, pengelola Kilang Port Arthur, membeli sisa saham yang dikuasai oleh Shell.
Dengan akuisisi ini, Aramco menguasai kilang berkapasitas 600 ribu barel per hari sekaligus jaringan penjualan bahan bakar terbesar. Melalui keterangan di situsnya, manajemen Shell menyatakan selain kilang, Aramco kini menjadi pemilik tunggal 24 terminal distribusi bahan bakar yang dioperasikan oleh Motiva. “Ditambah lagi dengan hak eksklusif penjualan bensin dan solar merek Shell di Georgia, North Carolina, South Carolina, Virginia, Maryland, Washington, D.C, serta bagian timur Texas dan Florida,” demikian pernyataan Shell, kutip Koran Tempo edisi Rabu 3 Mei 2017.
Baca: Gandeng Rosneft, Pertamina Bangun Kilang Minyak di Tuban
Pelepasan saham Motiva adalah bagian dari “rencana damai” Shell dan Aramco. Sebelumnya, kedua perusahaan ini terlibat sengketa dan memutuskan untuk memisahkan kepemilikan aset di Motiva pada 2016. Manajemen Shell kemudian memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Aramco dan melepas kepemilikan mereka atas pengoperasian Kilang Port Arthur, beserta jaringan distribusi bahan bakar di bawahnya.
Baca: Ini Alasan Saudi Aramco Pilih Investasi di Kilang Cilacap
Akuisisi ini terjadi tepat dua bulan setelah Presiden Donald Trump bertemu dengan Wakil Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, di Gedung Putih. Dalam pernyataannya pada 14 Maret lalu, Pangeran Mohammed mengatakan pertemuan tersebut memperbaiki hubungan kedua negara dalam sektor politik, militer, keamanan, dan ekonomi. Penguasaan Port Arthur membuka jalan bagi Aramco dan Arab Saudi untuk menjadi pemasok utama minyak mentah bagi Amerika Serikat.
Selama ini, Arab Saudi adalah pemasok minyak mentah terbesar kedua bagi Amerika Serikat setelah Kanada. Berdasarkan data dari Badan Informasi dan Administrasi Energi Amerika Serikat (EIA), Amerika mengimpor minyak mentah dari Arab Saudi sebanyak 1,3 juta barel per hari pada Februari lalu. Volume impornya meningkat 32 persen dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dikutip dari Washington Times, Kepala Eksekutif Saudi Aramco Products Trading Co, Ibrahim Al Buainain, mengatakan penguasaan kilang di Asia dan Amerika menjadi upaya Aramco untuk menggenjot produksi dan penjualan bahan bakar hingga 2 juta barel per hari. Unit perdagangan minyak Aramco ini menyebutkan aset-aset kilang ini menjadi senjata dan penentu posisi mereka untuk bertarung dengan trader-trader minyak, yang selama ini menguasai informasi suplai dan permintaan.
“Bagi trader, untuk mengontrol pasar saat ini tak cukup hanya dengan menguasai informasi saja, karena setiap orang memiliki akses yang sama. Kunci untuk menjadi pemenang ialah dengan menguasai aset atau pasokan,” kata Al Buainain.
Secara total, Aramco menguasai kilang berkapasitas 5,4 juta barel per hari, yang berlokasi di Arab Saudi, Amerika Serikat, hingga Korea Selatan. Perusahaan milik kerajaan ini menargetkan untuk melipatgandakan produksi dalam satu dekade ke depan, demi merebut pangsa pasar minyak mentah dunia. Salah satu cara mereka memodali ekspansi adalah dengan menggelar penawaran saham perdana di salah satu bursa efek dunia. Manajemen Aramco menargetkan perolehan dana dari pasar modal sebesar US$ 2 triliun.
FERY FIRMANSYAH