TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan kondisi ekonomi Indonesia tahun ini masih menjanjikan. Perekonomian nasional dinilai tidak begitu terpengaruh oleh situasi ekonomi global yang diperkirakan tumbuh tidak setinggi yang diharapkan.
"Ada kenaikan harga komoditas meskipun kita perlu waspada terhadap masalah eksternal," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, dalam konferensi persnya di Kantor BPS, Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Membaik Didukung 3 Faktor Ini
Menurut Kecuk, pemerintah harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi Cina. Dengan komposisi ekspor ke Cina yang mencapai 25 persen, ekonomi Indonesia akan terpengaruh apabila ekonomi Cina melambat. "Tapi saya yakin 2017 lebih
bagus dari 2016," katanya.
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 mencapai 5,02 persen. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 4,88 persen.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen. Adapun Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2017 berada di kisaran
5,1-5,3 persen.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2017 lebih baik dibanding proyeksi. Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi pada kuartal I hanya
tumbuh 4,99 persen.
"Pertumbuhannya tidak terlalu ambisius, tapi, ya, masih tinggi. Rasanya mendekati 5,1 persen," katanya dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2016 di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis, 27 April 2017.
Simak: Di Depan Pebisnis Hong Kong Jokowi Pamer Keberhasilan Reformasi
Menurut Darmin, pada kuartal I, harga komoditas ekspor, terutama hasil perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit, membaik. "Itu akan ditransmisikan menjadi kenaikan penghasilan di Sumatera, Kalimantan, dan pulau lain," ucapnya.
Dengan begitu, Darmin menilai pendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal I adalah peran ekspor dan impor yang lebih positif serta konsumsi yang relatif membaik. "Ada satu lagi. Tahun lalu, panen bergeser ke kuartal II. Tahun ini,
panen balik ke kuartal I," ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI