TEMPO.CO, Jakarta - Konglomerasi infrastruktur Malaysia, YTL Corporation Berhad, saat ini menunggu keputusan penyelesaian proyek power plant di Tanjung Jati senilai Rp 32,4 triliun dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Seharusnya sudah pada tahap finalisasi keputusan,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, dalam keterangan tertulis usai pertemuan dengan YTL, Selasa, 25 April 2017.
YTL melalui anak perusahaannya YTL Power International Berhad, menjadi pemegang saham mayoritas (80 persen) pada PT Bakrie Power. Saat ini sedang dalam pembangunan PLTU Tanjung Jati B dengan investasi sebesar Rp 32,4 triliun dengan kapasitas 2 x 600 MW, untuk rencana waktu 36-40 bulan.
Baca: Isu Perombakan Kabinet, Ini Menteri yang Rawan Digeser Jokowi
Eko berujar dalam pertemuan dengan YTL pada 21 April lalu, disampaikan minat untuk berinvestasi dalam proyek-proyek utilitas dan manufaktur. “Kami menawarkan untuk berinvestasi pada rencana proyek elektrifikasi untuk sejumlah desa di Indonesia yang masih belum memiliki akses elektrifikasi,” katanya.
Eko menambahkan, YTL berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan digital antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Serta berfokus untuk memberdayakan generasi berikutnya dengan mengubah pendidikan melalui solusi pengajaran dan pembelajaran berbasis kelas dunia.
Baca: Gunungkidul Dipadati Lebih dari 60 Ribu Wisatawan
YTL Corporation Berhad memiliki proyek-proyek utilitas, operasional dan pemeliharaan, rel kecepatan tinggi, manufaktur semen, konstruksi, pengembangan properti, hotel dan resor, inkubasi teknologi, pengelolaan investasi real estate, dan
konsultasi karbon, dengan lebih dari 12 juta pelanggan.
GHOIDA RAHMAH