TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan telah menyiapkan sejumlah topik untuk dibahas dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence. Jika diperkenankan bertemu khusus, Airlangga menyatakan ada beberapa agenda investasi di bidang industri yang bisa dikerjasamakan dengan Amerika Serikat.
“Kalau industri dengan AS, kami akan mendorong mereka interest-nya di pembangkit listrik, di industri sebagian digital industri, kemudian industri yang lebih juga ke produk konsumer,” kata Airlangga Hartarto saat ditemui dalam acara Indonesia Summit Back on Track di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis, 20 April 2017.
Hari ini, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dijadwalkan menjadi tamu kehormatan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Berdasarkan agenda Presiden yang dirilis Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Kepresidenan, Pence dijadwalkan bertemu Presiden dari pagi pukul 10.00.
Menurut Airlangga, sejumlah sektor yang ditawarkan tersebut selama ini cukup berkembang di Indonesia. Selain itu, industri di bidang tersebut masih memiliki peluang untuk dikerjasamakan dengan Amerika, mengingat banyak sektor Industri di Indonesia yang belum diproduksi di negara itu.
Kerja sama dengan Amerika, kata Airlangga, memungkinkan kinerja perdagangan dan Indonesia tidak terganggu. “Karena perdagangan kami trennya positif dengan AS. Namun kami mendorong apa yang diproduksi di Indonesia tidak diproduksi di AS,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan kunjungan Mike Pence merupakan momentum yang baik untuk meningkatkan hubungan kedua negara, Indonesia dan Amerika Serikat. Hal tersebut didasari latar belakang kerja sama kedua negara yang sudah terbangun sejak lama. Salah satunya banyak perusahaan sektor sumber daya alam dan tambang milik Amerika yang beroperasi di Indonesia, antara lain Chevron, Exxon Mobile, dan Freeport.
Selain itu, pertemuan dengan Pence akan menjadi momen bagi Indonesia untuk mengetahui seberapa besar efek kebijakan pemerintah Amerika di bawah kepemimpinan Donald Trump. Menurut Kalla, Indonesia harus tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan negara. "Tentu kita tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan kita," ujar Kalla, beberapa waktu lalu.
DESTRIANITA