Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bisnis Jasa Nitip, Mulai Jutaan Hingga Miliaran Rupiah

image-gnews
Ilustrasi pria berbelanja. nibinfo.nl
Ilustrasi pria berbelanja. nibinfo.nl
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Danang mengaku beruntung saat melewati pintu pemeriksaan imigrasi di terminal kedatangan luar negeri Bandar Udara Soekarno-Hatta, Selasa dua pekan lalu.

Petugas kepabeanan di pintu tersebut tidak terlalu ketat memeriksa barang bawaannya. Perangkat elektronik speaker Bose yang ditentengnya dari Amerika Serikat lolos dari pemeriksaan pabean. “Lolos begitu saja,” kata dia kepada Tempo, seperti dikutip di Majalah Tempo edisi Senin 17 April 2017.

Pengeras suara tersebut titipan teman kantornya. Meski barang bekas, harganya cukup mahal, lebih dari US$ 400. Karyawan perusahaan swasta itu sempat khawatir bakal dicegat dan dikenai denda pabean. Sebab, ada aturan baru di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan bahwa barang pribadi penumpang dengan nilai lebih dari US$ 250 dikenai bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Berawal melalui perorangan, titip-menitip barang—dari luar negeri maupun dari luar daerah—rupanya telah menjadi tren bisnis baru. Layanan jasa titip-menitip belanjaan itu semakin populer. Tak hanya di media sosial, beragam blog, situs, market place, menawarkan jasa serupa. Di antaranya Bistip.com, TitipJepang, dan Airfrov.com.

Jasa titip-menitip ini paling banyak bertaburan di Instagram. Cukup mengetik “jasa titip” di mesin pencari, muncul berderet pelayan jasa tersebut di layar ponsel pintar. “Jasa titip itu evolusi dari personal shopper. Awalnya dilakukan oleh para stylist,” kata Anke Dwi Saputro, praktisi branding, e-commerce, dan social media Cultivae Brand, kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Baca: Anak Susah Makan, Kenny Alkano Bikin Abon Nona Tuna

Dunia Internet, kata dia, membawa bisnis yang dulu bersifat personal to personal semakin masif. “Dunia digital mempertemukan dunia kecil-kecil menjadi pasar,” katanya. Jasa titip menawarkan kemudahan dengan membidik pasar spesifik. Pembeli hanya tinggal memesan barang lewat situs online titip belanja, maka barang yang diinginkan bisa langsung diantar ke konsumen.

TitipJepang, misalnya, membidik penggemar produk Jepang. Situs ini berfokus melayani semua titipan barang belanjaan dari Jepang, seperti komik, kaset, film, alat elektronik, cemilan khas Jepang, hingga alat pancing. Dirintis Bob Maulana Singadikrama di Yogyakarta pada 2015. Bob, yang sering pergi ke Jepang, awalnya iseng menawarkan titip oleh-oleh melalui akun Facebooknya. Kini ia sudah punya situs jasa titip dan melayani ribuan konsumen per bulan dengan omzet miliaran rupiah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Lily Gunawan, Dokter Gigi yang Banting Setir ke Bisnis Teh

Menurut Lucia, pengelola TitipJepang, perusahaannya memiliki jejaring warga negara Indonesia di Jepang dan warga asli Jepang yang akan mencarikan pesanan konsumen di Tanah Air. Ia menambahkan, jasa titip beli dari Jepang cukup digemari karena harga barang jauh lebih murah bila dibandingkan membeli di Indonesia. Apalagi kualitas barang buatan Jepang dikenal bagus. TitipJepang bahkan membantu konsumen membeli barang bermerek yang tak diimpor ke Indonesia.

Amelia Huta Masniari, yang akrab disapa Miss Jinjing, khawatir dengan fenomena menjamurnya jasa titip tersebut. Menurut dia, tidak semua barang bisa dibawa masuk ke Indonesia karena dapat terkena pasal penyelundupan. Itu sebabnya pemerintah harus ketat mengontrol masuknya barang titipan tersebut, terutama kosmetik dan obat-obatan. “Bahaya karena tidak ada kontrol kualitas oleh BPOM,” kata dia. “Konsumen harus diedukasi.”

Berbeda dengan TitipJepang, Dwi Rahayu Damayanti mengatakan hanya melayani jasa titip belanja di mal-mal di Jakarta. Melalui akun Instagram, MallminiMall, Dwi menawarkan jasa menerima titipan belanja fashion bermerek, misalnya Zara.

Ia mengaku hampir setiap hari pergi ke berbagai mal untuk mengenali produk baru dan barang yang tengah didiskon. “Info itu saya sampaikan melalui Instagram, lalu ada yang titip beli,” kata Dwi. Untuk setiap item barang, ia mengutip uang jasa. Ongkos kirim ditanggung penitip. Berawal dari iseng-iseng memposting gambar di Instagram, kini Dwi mendapat penghasilan hingga 20 juta per bulan dengan nilai belanjaan ratusan juta rupiah.

AGUS SUPRIYANTO | WAWAN PRIYANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

22 April 2021

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

Gojek menghadirkan Akademi Mitra Usaha (KAMUS) dan tren bisnis menarik selama Ramadhan yang ditujukan untuk pelaku UMKM


Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

6 April 2018

Dua anggota WeWork bermain pingpong di depan area laundry umum di gedung WeLive, Manhattan. Caitlin Ochs / Bloomberg
Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul. Namun sekarang sudah ada tempat tinggal dengan rekan kerja.


Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

22 Januari 2018

Ruben Onsu. TEMPO/Agung Pambudhy
Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

Restoran Geprek Bensu kedua di Bali menjadi cabang yang ke-60 di Indonesia.


Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

16 Januari 2018

Ilustrasi bisnis titip menitip. Insideretail.ph
Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

Mahir dalam bisnis kini tak perlu sulit lagi. Ada Roadshow Kampus Shopee. Tahun ini akan menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia.


Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

8 November 2017

Kue Korea (Bisnis.com)
Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

Cake dengan dekorasi icing yang artistik jauh lebih menggugah selera, meskipun pada kenyataannyaicing seringkali disisihkan atau tidak dikonsumsi.


Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

13 September 2017

Warga memilih gantungan kunci bergambar logo Muhammadiyah yang di jual di Bazar Muktamar Muhammadiyah di Kawasan Mounmen Mandala Makassar, 2 Agustus 2015. Pernak-pernik yang dijual yakni kaos, Pin, Gantungan kunci, mug, dan berbagai produk kerajinan tangan lainnya. TEMPO/Hariandi Hafid
Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

Muhammadiyah tengah menjajaki pendirian holding yang akan memayungi semua unit bisnis usaha yang sudah berjalan.


Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

2 September 2017

Aktor Baim Wong saat menghadiri premier film
Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

Baim Wong (35) tak mau hanyut dalam tren seleb yang berbisnis oleh-oleh
kekinian di sejumlah kota. Baim belajar bikin siomay


Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

3 Agustus 2017

Dhini Aminarti dan suaminya, Dimas Seto. Instagram.com
Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

Bisnis kuliner oleh-oleh kekinian milik artis kian menjamur. Dimas Seto mengaku tidak takut dengan persaingan bisnis.


Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

21 Juli 2017

Wulan Martha Tilaar. Tempo/Hadriany Puji
Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

PAC MUAster menjadi satu society khusus bagi para profesional penata rias artis


Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

17 Juli 2017

Ilustrasi kegiatan voluntourism, bersama Nila Tanzil dan penari Caci Dance. Travelsparks.co
Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

Keinginan Nila Tanzil menyediakan akses buku bagi anak Indonesia Timur melahirnya bisnis sosial Travel Sparks tahun 2014. Apa kuncinya biar happy?