TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerimaan negara bergerak positif. Hingga 31 Maret 2017, pendapatan negara tercatat Rp 295,1 triliun atau 16,9 persen dari target Rp 1.750,3 triliun. Jumlahnya lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 247,5 triliun atau 13 persen dari target Rp 1.822,5 triliun.
Sri Mulyani berujar, pendapatan berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp 237,7 triliun. Penerimaan pajak sudah mencapai 15,9 persen dari target Rp 1.498,9 triliun. "Ini lebih tinggi dibanding penerimaan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 204,5 atau 13,3 persen dari target Rp 1.546,7 triliun," ucapnya di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Jakarta, Senin, 17 April 2017.
Baca: Penerimaan Negara Bukan Pajak 2016 Lampaui Target
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga meningkat cukup tinggi dibanding 31 Maret tahun lalu. PNBP per Maret 2017 sebesar Rp 57,4 triliun atau 22,9 persen dari target Rp 250 triliun. PNBP periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 42,9 triliun dari target Rp 273,8 triliun.
Sri Mulyani menyadari, pendapatan negara pada kuartal pertama masih dipengaruhi amnesti pajak. Ia pun meminta Direktorat Jenderal Pajak terus berfokus menggunakan hasil amnesti dan data yang sudah dikumpulkan untuk meningkatkan penerimaan pajak berkelanjutan setelah berakhirnya amnesti. "Kami perlu menjaga momentum perpajakan agar target terjaga."
Sementara itu, realisasi belanja negara hingga 31 Maret 2017 sudah mencapai Rp 400 triliun atau 19,2 persen dari target Rp 2.080,2 triliun. Realisasinya lebih tinggi darinya tahun lalu yang mencapai Rp 390,9 triliun.
Baca: Revisi UU Penerimaan Negara Bukan Pajak Bakal...
Sri Mulyani menuturkan belanja kementerian dan lembaga hingga periode tersebut sebanyak Rp 92,4 triliun atau 12,1 persen dari target Rp 763,6 triliun. Sedangkan belanja non-kementerian serta lembaga sebanyak Rp 112 triliun dan realisasi transfer daerah Rp 195,2 triliun.
Total defisit mencapai Rp 104 triliun atau 0,77 persen dari produk domestik bruto (PDB). Jumlahnya lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 143,4 triliun atau 1,13 persen dari PDB.
Sri Mulyani mengatakan pembiayaan tahun ini sebesar Rp 187,9 triliun. Jumlah itu lebih kecil dibandingkan tahun lalu dengan Rp 200,2 triliun. Secara keseluruhan, pemerintah mengalami kelebihan pembiayaan sebesar Rp 82,9 triliun.
Sri Mulyani juga menjelaskan realisasi asumsi makro hingga 31 Maret 2017. Inflasi mencapai 3,6 persen dan suku bunga 5,2 persen. Realisasi nilai tukar rupiah sebesar 13.348. Nilainya lebih tinggi dibanding asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, yaitu Rp 13.300. Untuk pertumbuhan ekonomi, ia menyebutkan angka per kuartal pertama masih belum keluar.
Baca: Menteri Keuangan Sebut Pertumbuhan Ekonomi Bisa 6 Persen...
Harga minyak mencapai US$ 51 atau lebih tinggi daripada asumsi US$ 45. Lifting minyak sebesar 815 ribu barel per hari dan lifting gas 1,181 ribu barel setara minyak per hari.
VINDRY FLORENTIN