TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemerintah menekan harga bawang merah di pasaran hingga di bawah Rp 25 ribu per kilogram belum sepenuhnya terealisasi. Pasalnya, rantai pasokan yang panjang masih menjadi penyebab tingginya harga di tingkat pedagang pasar.
"Harga bawang petani di Tulungagung kemarin kami cek Rp 8.000 per kilogram, tapi tadi di pedagang sampai Rp 30 ribu per kilogram. Disparitasnya terlalu tinggi," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melakukan sidak bersama Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke sejumlah pasar di Jakarta, Kamis, 13 April 2017.
Baca: Aneh, Panen Bawang Merah, Harga di Petani Justru Anjlok
"Ini masalah bertahun-tahun, kami akan selesaikan, tapi tidak bisa sesaat," ujar Amran. Namun, untuk menghadapi bulan Ramadan, Amran mengklaim stok bawang saat ini aman. "Kami mengusahakan tidak akan ada kenaikan harga dalam beberapa minggu ke depan," ucapnya.
Sejak pertengahan 2016, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan kementerian terkait untuk mencari sistem yang membuat harga bawang merah di bawah Rp 25 ribu per kilogram. Salah satu yang disorot adalah rantai distribusi dari petani ke pedagang yang masih panjang.
Simak: Lahan Terendam Banjir, Bawang Merah di Brebes Gagal Panen
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengakui, sampai saat ini, rantai pasokan bawang masih terlalu lebar.
Kementerian Perdagangan, menurut Tjahya, cukup dilematis. Sebab, di satu sisi ingin memotong rantai pasokan, tapi di sisi lain tidak mau mematikan usaha para pelaku usaha. "Kami meminta Bulog yang ambil langsung dari petani, jual ke pedagang. Resistensi dari pelaku usaha pasti ada, tapi kami sudah mengantisipasi," ujarnya.
FAJAR PEBRIANTO