TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah menyusun formula perhitungan diskon tarif kontainer dan kapal pandu tunda, agar kapal-kapal dengan kapasitas besar banyak yang bersandar di pelabuhan Tanah Air.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai pemberian diskon tarif tersebut sebagai bentuk insentif yang bisa diberikan pemerintah demi menjamin keberlanjutan kedatangan kapal berkapasitas raksasa melayari pelabuhan di Indonesia, seperti kapal CMA-CGM Titus yang mulai sandar di Tanjung Priok. "Ada satu PR untuk dirjen laut untuk menurunkan (tarif) per kontainer, hitungannya jangan berbanding lurus, tetapi ada insentif," tutur Budi, Selasa, 11 April 2017.
Baca: Kementerian Perhubungan Targetkan Efisiensi Rp 6 Triliun
Budi meminta kepada Dirjen Perhubungan Laut Tonny Budiono untuk membuat formulasi diskon tarif kontainer dan kapal pandu & tunda yang diharapkan pada pekan depan formulasi tersebut sudah bisa dikirimkan ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). "Minggu depan kita akan kirim surat ke Kementerian Keuangan, dan nanti sebelum 23 April 2017 ketika kita undang Presiden Jokowi untuk melihat kapal besar bersandar, formulasi itu sudah ada," ujarnya.
Baca: Menteri Perhubungan Siapkan Insentif Bagi Kapal Besar
Pada 23 April 2017 direncanakan akan ada kapal raksasa lagi dari CMA-CGM yang akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, yakni bernama CMA CGM Otello dengan kapasitas 8.238 TEUs dan panjang kapal 334 meter. "Selain tarif kontainer, juga menurunkan biaya untuk tunda dan pandu bagi mereka kapal yang besar itu. Ini harus jadi secara konsisten," tambahnya.
Pihaknya berharap dapat segera diterapkan skema insentif yang disiapkan tersebut. "Kalau saya maunya besok, karena kewenangannya di Kemenkeu, itu makanya butuh proses," ujarnya.
Menurutnya perhitungannya gampang, bisa saja diskonnya progresif, biasanya makin besar makin kecil. "Hitungan pastinya belum tahu, tapi intinya gitu, progresif diskon. Karena dia produktif gunakan ruang dan waktu, besok kita akan surati Kemenkeu," ujarnya.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Perhubungan Laut Kemenhub, Bay M. Hasani mengatakan diskon tarif dinilai sangat penting untuk menarik minat pelayaran internasional bersedia mendatangkan kapal raksasa mereka.
Menurutnya pemberian insentif penurunan tarif itu diharapkan dapat segera dilakukan, tanpa harus menunggu banyaknya muatan terlebih dahulu. "Katakanlah di Priok itu ada NPCT1 baru 10% year okupansi rasionya. Dari pada sekarang idle, biaya operasionalnya juga besar, sementara ada peluang kapal yang bisa kita tarik ke sini," ujarnya.
Dia mencontohkan seperti barang-barang dari Australia yang dapat ditarik untuk transshipment. "Dari Australia ada yang tujuan ke Port Klang, ada yang tujuan Singapura, ada tujuan Jakarta juga. Dari Australia itu kapasitas 4.000 TEUs, yang ke Jakarta itu bawa 600 TEUs diturunkan di Tanjung Priok itu untuk keperluan domestik kemudian yang selebihnya 3400 kan itu dibawa ke Port Klang pindahnya ke kapal seperti CMA-CGM yang 8.500 TEUs - 9000 TEUs itu," katanya.
Menurutnya apabila hal itu bisa ditarik ke Tanjung Priok, maka yang Australia itu tidak harus ke Port Klang tapi transshipment di sini. "Tapi apa insentifnya. Tentunya yang diharapkan adalah tarif," ujarnya