TEMPO.CO, Jakarta - Peringkat Tanah Air Indonesia berhasil melompat delapan poin dari peringkat 50 ke 42 dalam Travel and Tourism Competition Index (TTCI) 2017.
Melesatnya kenaikan peringkat dalam TTCI 2017 yang dirilis World Economic Forum juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu kontributor penyumbang devisa di Indonesia.
Setidaknya, terdapat 14 pilar yang digunakan untuk memberikan skor sebuah negara antara lain lingkungan bisnis, kebersihan dan kesehatan, keterbukaan internasional, perjalanan prioritas dan pariwisata, beberlanjutan lingkungan, infrastruktur trasportasi udara, infrastruktur darat dan laut, serta infrastruktur jasa pariwisata.
Baca: Arab Saudi Tertarik Pariwisata Sumatera Barat
“Kenaikan peringkat ini membuktikan positioning Indonesia di mata internasional. Dari sekian banyak poin yang dinilai, ada dua hal yang harus menjadi perhatian besar bagi kalangan pelaku industri dan pemerintah yakni kebersihan dan kesehatan, serta keberlanjutan lingkungan,” kata Ketua Umum Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA)
Asnawi Bahar, Senin, 10 April 2017.
Menteri Pariwisata Arief Yahya (paling kiri)
Jika dirinci, peringkat untuk iklim bisnis naik 3 poin menjadi 60, keterbukaan internasional naik 38 poin menjadi 17, perjalanan prioritas dan pariwisata naik 3 poin, infrastruktur trasportasi udara naik 3 poin menjadi 36. Sebaliknya, faktor kebersihan dan kesehatan hanya naik 1 poin dari 109 ke 108, dan keberlanjutan lingkungan masih berada di peringkat 131, setelah naik 3 poin.
Simak: Kenapa Pariwisata Disuruh Nyari Musuh, Ini Jawaban Menteri Arief
“Memang harus diakui bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia belum tersebar secara merata sehingga ini menjadi titik lemah Indonesia. Pekerjaan rumah lainnya adalah memastikan beberapa endemik penyakit misalnya rabies, malaria, dan demam berdarah teratasi dengan baik,” ucapnya.
Pasalnya, Asnawi menyebutkan faktor utama yang menarik wisatawan internasional (wisman) berkunjung ke suatu negara antara lain kenyamanan, dan iklim wisata, selain tentunya destinasi pariwisata yang menarik. Faktor iklim wisata terangkum dalam sejumlah poin misalnya kesehatan, keamanan, kebersihan, hingga ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Pada saat yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui dua faktor tersebut merupakan titik lemah industri pariwisata di Indonesia. "Dengan penilaian ini, pemerintah sudah mengetahui titik lemahnya sehingga tinggal berkonsentrasi memperbaiki lebih serius,” tekannya.
Soal daya saing pariwisata, Arief mengungkapkan pesaing terbesar Indonesia adalah Malaysia dan Thailand. Pada tahun ini, indeks daya saing pariwisata Malaysia turun 1 poin menjadi posisi 26 sedangkan Thailand naik 1 poin menjadi 34.
“Wonderful Indonesia harus segera naik ke posisi 30 besar dunia. Untuk mencapai peringkat 30 dunia, kita terus memperbaiki kelemahan seperti infrastruktur pariwisata, infrastruktur ICT, kesehatan dan kebersihan, dan aksesibilitas khususnya konektivitas penerbangan, kapasitas kursi dan penerbangan langsung,“ kata Menteri Arief.