TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham perusahaan tambang asal Amerika Serikat, Freeport-McMoRan Inc (FCX) di bursa saham New York, pada penutupan perdagangan Selasa sore, 4 April 2017 waktu setempat (Rabu pagi WIB) ditutup menguat 2,27 persen atau US$ 0,3 menjadi US$ 13,54 per saham. Pada penutupan perdagangan sebelumnya harga saham Freeport sebesar US$ 13,24 per saham.
Penguatan itu menyusul keputusan pemerintah Indonesia untuk memberikan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) sementara kepada PT Freeport Indonesia, unit usaha Freeport-McMoRan Inc, sehingga perusahaan diperbolehkan ekspor konsentrat.
Baca : Dapat IUPK, Pemerintah Izinkan Freeport Ekspor Lagi
Dalam sepekan terakhir, harga saham perusahaan pemilik tambang emas dan tembaga Grasberg, Papua itu melonjak 8 persen dari US$ 12,52 per saham pada 29 Maret 2017. Penguatan tersebut seiring sentimen positif kabar bahwa perusahaan dan pemerintah Indonesia hampir mencapai kesepakatan.
Tercatat nilai kapitalisasi pasar saham Freeport per 4 April 2017 sebesar US$ 19,5 miliar atau sekitar Rp 260 triliun.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kemarin mengumumkan membolehkan Freeport Indonesia menjual mineral olahannya ke luar negeri sekalipun perundingan tidak kunjung mencapai kata sepakat. Negosiasi mengenai pembangunan fasilitas pengolahan tembaga (smelter) juga belum kelar.
“Dalam pembahasan jangka panjang, poin yang dibicarakan adalah stabilitas investasi, keberlangsungan operasi Freeport, divestasi, dan pembangunan smelter," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Energi Mohamad Teguh Pamuji di Jakarta, Selasa, 4 April 2017.
Baca : Kronologi Tarik Ulur Izin Khusus PT Freeport Indonesia
Peraturan Menteri Energi Nomor 5 Tahun 2017 membolehkan perusahaan mengekspor mineral olahan selama menyetor rencana pembangunan smelter. Kementerian Energi akan menunjuk auditor independen untuk memeriksa realisasi pembangunannya. Jika tidak mencapai 90 persen dari target, rekomendasi ekspor bakal dicabut.
Kementerian menjamin, meski pembahasan belum selesai, Freeport berkomitmen membangun smelter. Fasilitas pengolahan berada di Gresik, Jawa Timur, dengan kapasitas 2 juta ton per tahun. Proyek itu menelan anggaran hingga US$ 2,1 miliar. Namun sampai sekarang pembangunannya mandek di angka 14 persen. Janji Freeport memulai konstruksi pada Juni 2016 tidak terbukti.
Baca : Alasan Stabilitas Investasi, Freeport Boleh Ekspor Lagi
Rekomendasi ekspor Freeport terbit pada 17 Februari 2017. Kementerian memberi kuota penjualan sebesar 1,13 juta ton selama setahun. Rekomendasi diberikan seiring dengan penerbitan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) Freeport.
Namun hingga kini Freeport belum mengajukan izin ekspor ke Kementerian Perdagangan. Sebab, perusahaan belum menyepakati IUPK tanpa kepastian hukum dan fiskal setara kontrak karya. Juru bicara Freeport, Riza Pratama, enggan menjawab kapan perusahaan bakal melanjutkan ekspor. Dia mengatakan saat ini perusahaan masih terus berunding dengan pemerintah. "Kami masih terus berunding dan berlangsung konstruktif," katanya.
ABDUL MALIK | ROBBY IRFANY | FLORENTIN