TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan pada tahun 2023 bisa mewujudkan swasembada bahan bakar minyak (BBM). Untuk itu, Pertamina berfokus pada pengembangan dan pembangunan kilang minyak baru untuk menekan ketergantungan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri.
“Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di tahun 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada bahan bakar minyak seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK dalam Nawacita”, ujar Rachmad Hardadi,
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina dalam keterangan tertulis, Kamis 30 Maret 2017.
Baca: Tekan Impor, Pertamina Tingkatkan Operasi Kilang Minyak
Saat ini, ada enam kilang yang dioperasikan oleh Pertamina. Yakni refinery unit (RU) II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan. Hanya saja, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi.
Atas pertimbangan perkembangan ekonomi Indonesia dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, dilakukan pengembangan empat
kilang minyak yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai. Program kerja ini dikenal dengan RDMP (Refinery Development Master Plan) dan kelompok kedua, dibangun kilang minyak baru (New Grass Root Refinery, NGRR)
di Tuban dan Bontang.
Kapasitas terpasang dari keenam kilang minyak ini adalah 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk BBM yang dihasilkan dari keenam kilang minyak ini sekitar 800-950 ribu barel per hari," ucap Rachmad.
Dalam satu tahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kilo liter BBM. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo liter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan bbm dari luar negeri.
Baca: Pemerintah Bahas Kenaikan Pengembalian Biaya Investasi Hulu Migas
Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah dari tahun tahun semakin tinggi antara 33 – 44 persen. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia
sedang tumbuh.
Rachmad mengatakan dengan keenam proyek ini, kapasitas produksi kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi, 2,2 juta barel per hari. Mega proyek 6 kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar Rp
500 triliun. Ada yang dikerjakan oleh Pertamina sendiri dan ada yang bekerjasama dengan perusahaan minyak dan gas yang sudah mempunyai reputasi internasional.
“Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di tahun 2023. Dua tahun lebih cepat dari target pemerintah. Untuk itu, dukungan dari semua pihak
sangat kami perlukan,” ujar Rachmad.
SETIAWAN ADIWIJAYA