TEMPO.CO, Bandung - Para aktivis melanjutkan aksi dipasung semen di Jakarta saat warga Pegunungan Kendeng pulang kampung karena wafatnya Patmi, Selasa lalu. Direktur Lembaga Bantuan Hukum Bandung Willy Hanafi ikut menjadi peserta aksi dan kedua kakinya disemen di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.
"Kaki seperti terkunci dan susah bergerak," katanya di sela aksi Kamisan di depan Gedung Sate, Bandung, Kamis, 23 Maret 2017.
Baca Juga:
Baca: Curhat Petani Kendeng dalam Aksi Semen Kaki di Depan Istana
Kakinya mulai dilumuri gips semen pukul 12.30. Setengah jam kemudian gips semen mengeras. "Aksi sampai pukul 5 di depan Istana Negara," ujarnya.
Selama disemen, Willy mengaku kakinya seperti mati rasa. Ketika semen dilepas, kakinya sempat mengalami kebas. Dari pengalaman itu, ia memahami beratnya perjuangan petani Kendeng yang memasung kaki dengan semen sebagai protes keras terhadap pabrik baru PT Semen Indonesia di Rembang.
Baca: Ganjar Terbitkan Izin Pabrik Semen Rembang, Ini Rinciannya
Apalagi, kata Willy, pemasungan kaki petani Kendeng dilakukan berhari-hari tanpa dilepas. "Pemerintah jangan hanya bilang itu bahaya, tapi lihat tujuan bentuk protes keras ini," ucapnya.
Willy merupakan bagian dari kelompok aktivis dan lembaga yang mendukung perjuangan petani Kendeng. Setiap hari, kata dia, aktivis secara bergantian menyemen kaki. Selain LBH, aktivis lain yang juga ikut aksi, di antaranya dari Konsorsium Pembaruan Agraria, Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), serta mahasiswa.
Sebelumnya, koordinator Kontras, Yati Andriyani, mengatakan perjuangan para petani Kendeng masih berlanjut. Mereka tak puas dengan mediasi yang dilakukan pihak istana, yang diwakili Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Senin lalu.
ANWAR SISWADI