TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG dibuka menguat 21,57 poin atau 0,39 persen ke level 5.518,24.
Berdasarkan pantauan di RTI Business pada pukul 09.07, IHSG terus melanjutkan penguatan ke level 5.552,31 atau menguat 34,07 poin (0,62 persen). Sebanyak 137 saham menguat, 29 melemah, dan 86 saham stagnan dari seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Menurut analis saham dari First Asia Capital, David Sutyanto, pada perdagangan akhir pekan ini, IHSG diperkirakan akan menguat. Meski demikian, penguatan IHSG akan dibayangi aksi ambil untung pemodal jangka pendek.
Baca:
Pasca Kenaikan Fed Rate, Pasar Obligasi Banyak Sentimen Positif
Imbas Kenaikan Fed Rate, Rupiah Diprediksi Menguat
Rendahnya risiko capital outflow, penguatan rupiah, sentimen pembagian dividen akan menjadi katalis positif pergerakan IHSG. "Diperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 5.490 hingga 5.530 menguat terbatas," kata David dalam pesan tertulis, Jumat, 17 Maret 2017.
Adapun saham-saham yang dapat menjadi pertimbangan pada perdagangan hari ini, antara lain TLKM, BBRI, BBBI, BBTN, INDF GGRM, PTBA, ADRO, dan AKRA.
Pada perdagangan kemarin, IHSG bergerak menguat, menyusul pergerakan positif di bursa global dan kawasan Asia.
IHSG berhasil tutup di atas 5.500, yakni 5.518,241, atau menguat 85,86 poin (1,58 persen). Nilai transaksi kemarin di pasar reguler melonjak mencapai Rp 6,77 triliun di atas rata-rata harian Februari lalu yang mencapai Rp 6,2 triliun.
Simak:
IHSG Diperkirakan Lanjutkan Penguatan
Pasca Fed Rate Naik, IHSG Berpotensi Menguat
Penguatan IHSG menyusul pasca-putusan The Fed menaikkan tingkat bunga FFR 25 basis poin (bps) menjadi 0,75-1 persen pertengahan pekan ini. Keputusan tersebut menghilangkan ketidakpastian terkait dengan kebijakan moneter The Fed.
Aksi beli terutama ditopang arus dana asing yang masuk hingga mencapai Rp1,8 triliun (net buying). Pembelian menyasar saham-saham berkapitalisasi besar, terutama emiten BUMN, menyusul rencana pembagian dividen tunai tahun buku 2016 dengan porsi yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
Rata-rata emiten BUMN yang sudah mengumumkan pembagian dividen tahun buku 2016 berkisar 30-45 persen laba bersih. Selain sentimen positif individual tersebut, aksi beli turut ditopang menguatnya harga minyak mentah dan harga sejumlah komoditas tambang dan perkebunan, yang mengangkat kembali saham-saham berbasis komoditas.
DESTRIANITA