TEMPO.CO, Jakarta - Telkomtelstra, perusahaan joint venture antara PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Indonesia) dan Telstra Corporation Limited (Telstra) asal Australia, mendorong akselerasi transformasi digital perusahaan di Indonesia.
Agus F. Abdillah, Chief Product & Synergy Officer Telkomtelstra, mengungkapkan akselerasi ini dibutuhkan seiring dengan masih rendahnya penetrasi perusahaan untuk menggunakan layanan berbasis teknologi dalam proses bisnisnya.
"Hingga saat ini, Telkomtelstra telah melayani 70 pelanggan dengan jumlah pengelolaan jaringan komunikasi data mencapai 7.000 cabang. Namun, ini masih jauh jika dibandingkan potensi pasar di mana pelanggan Telkom Indonesia mencapai 1.200 client," ujar Agus di Jakarta, Rabu (15 Maret 2017).
Telkomtelstra memberikan layanan manage network service, managed cloud services (MCS) termasuk solusi hybrid cloud, managed security services (MSS), dan unified communications and collaboration (UC&C).
"Servis ini sebenarnya dibutuhkan namun masih ada kendala seperti gap antara perceived values dan cost yang harus dikeluarkan,” katanya.
Selain itu, tidak semua memahami transformasi digital, yang mana ada anggapan bahwa perusahaan yang dapat mengoperasikan sendiri masih jadi kebanggaan dan ada ketakutan keamanan data jika dikelola pihak ketiga.
Oleh karena itu, Telkomtelstra mendorong transformasi digital yang akan dilakukan melalui sejumlah workshop untuk edukasi perusahaan sebagai cara untuk mengakselerasi transformasi digital ini.
Agus mengungkapkan saat ini pelanggan Telkomtelstra didominasi dari sektor perbankan dan finansial, bahkan ada satu perusahaan yang memiliki hingga 700 cabang dan 200 di antaranya telah dikelola oleh Telkomtelstra.
“Untuk perusahaan dengan keterbatasan IT tetapi dengan ekspansi mengharuskan transformasi cepat, pelanggan bisa langsung merasakan value dari layanan kami. Berbeda dengan perusahaan besar yang memiliki tim IT, kami lebih mendorong bergeser pada IT operation ke inovasi IT,” jelasnya.
Berdasarkan riset dari IDC, di antara negara APEJ, inisiatif transformasi digital perusahaan Indonesia dianggap tertinggal dibandingkan negara lainnya. Meskipun banyak perusahaan Indonesia memiliki niat untuk mengubah bisnisnya ke arah digital, perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan strategi teknologi yang tepat untuk tetap kompetitif di era ekonomi terbuka dan peningkatan persaingan global.
Senior Market Analyst PT IDC Indonesia Reza Haryo mengatakan faktor kepemimpinan menjadi hal penting bagi perusahaan dalam melakukan transformasi digital. Menurutnya, bergerak ke arah digital merupakan suatu keniscayaan bagi perusahaan seiring dengan perubahan dalam dunia bisnis.
IDC memprediksi pada akhir 2017 sebanyak 60 persen dari 1.000 perusahaan besar akan memiliki transformasi digital di pusat strategi perusahaannya.
“Perlu pemahaman bagi pemimpin di suatu perusahaan untuk dapat memulai transformasi digital ini dan ini dimensi utama,” ujarnya.
Ernest Vincent Hutagalung, Chief Financial Officer Telkomtelstra, mengatakan dari 70 korporasi yang telah menjadi pelanggan Telkomtelstra, nilai kontrak yang diraih mencapai Rp260 miliar untuk waktu tiga hingga lima tahun mendatang.
“Tahun ini diharapkan dengan produk baru, secara kontrak akan bertambah lagi,” ujarnya.