TEMPO.CO, Jakarta -US Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika The Fed telah berusaha untuk mencegah kenaikan inflasi sejak terjadi krisis moneter 2008, dengan cara menaikkan tingkat suku bunga (Fed Fund rate/FFR).
Terakhir, pada hari ini, Kamis, 16 Maret 2017 (Rabu, 15 Februari waktu setempat) The Fed kembali menaikkan FFR sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen, dari 0,75 persen menjadi 1 persen. "Pertumbuhan ekonomi semakin kuat, tingkat pengangguran lebih rendah," ujar Janet Yellen saat mengumumkan kenaikan FFR seperti dikutip dari The Guardian.
Menurut Gubernur The Fed Janet Yellen, Federal Reserve berusaha menyisihkan kekhawatiran tentang dampak suku bunga yang lebih tinggi dari belanja konsumsi, untuk mengkonfirmasi proyeksi analis bahwa pihaknya juga telah siap untuk kembali menaikkan suku bunga, untuk menjaga inflasi tetap berada di atas level target 2 persen.
Baca: Suku Bunga The Fed Naik 2017, Ini Antisipasi BI
"Saya dan rekan-rekan saya (Federal reserve) mengakui kemajuan perekonomian dalam dua hal obyektif yakni lapangan kerja dan stabilitas harga. Kami berharap ekonomi dapat terus tumbuh lebih baik, dengan bursa tenaga kerja lebih kuat dan inflasi menyentuh 2 persen dalam beberapa tahun," ucapnya.
Yellen mengatakan, berbagai indikator menunjukkan bahwa perekonomian AS dala, keadaan yang sehat, sehingga Komite Pengaturan Suku Bunga kembali mendorong agar suku bunga kembali normal ke tingkat historis. Adapun sembilan dari sepuluh pembuat kebijakan dari The Fed menyatakan setuju untuk menaikkan suku bunga.
Simak: Pejabat The Fed Suku Bunga Naik Secepatnya
Usai mengumumkan kenaikan, Yellen menuturkan bahwa dirinya telah bertemu dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, dan telah melakukan diskusi positif tentang perekonomian negara, kebijakan peraturan, dan tentang apa yang dikerjakan oleh Financial Stability Oversight Council (Dewan Pengawas Stabilitas keuangan).
"Saya benar-benar berharap untuk memiliki hubungan yang kuat dengan Menteri Mnuchin," ucapnya.
Sebelumnya, pada hari ini Departemen Perdagangan AS juga telah merilis data penjualan ritel yang mengalami kenaikan meski tipis yakni 0,1 persen pada Februari. Kenaikan tersebut lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya pada Januari.
DESTRIANITA | THE GUARDIAN | REUTERS