TEMPO.CO, Jakarta - Brunei Darussalam serius menjajaki investasi sektor pangan di Indonesia, yakni tebu, padi, dan sapi. Pemerintah Indonesia menawarkan tiga opsi ketersediaan lahan yang dimungkinkan cocok untuk komoditas tersebut.
Staf ahli menteri pertanian bidang investasi pertanian sekaligus Ketua Tim Percepatan Pencadangan Lahan Syukur Iwantoro menyebut, lahan yang disiapkan berlokasi di Maluku Tenggara Barat, Kalimantan Utara, dan perbatasan Timor Leste, masing-masing seluas 10 ribu - 20 ribu hektare.
Lahan tersebut dirasa cocok untuk kebun tebu terdiri dari inti plasma seluas 20 ribu hektare yang terintegrasi dengan sapi, serta lokasi tanam padi yang mencapai luas 10 ribu hektare.
Rencananya pada pekan depan, investor akan kembali menggelar pertemuan dengan pemerintah untuk mengetahui ketersediaan lahan tersebut. "Tanggal 23 Maret akan ke sini untuk memverifikasi lahan yang ditawarkan," tutur Syukur, Selasa 14 Maret 2017.
Dia menjelaskan, persoalan lahan seharusnya tidak menjadi masalah bagi investor. Sebab, pemerintah telah memberi kemudahan penggunaan lahan salah satunya melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 81 Tahun 2016 tentang kerjasama penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan untuk mendukung ketahanan pangan.
Syukur sebelumnya menyampaikan sejumlah lahan di Kaltara dianggap cocok karena lokasinya yang berdekatan dengan Brunei Darussalam. Dalam Kaltara Investment Forum beberapa waktu lalu, disampaikan bahwa Kaltara berpotensi menjadi kawasan pangan baru dengan potensi lahan seluas 682.234 ha yang cocok untuk tanam padi dan jagung.
Lahan tersebut tersebar di Kabupaten Malinau, Bulungan, Nunukan, dan Tana Tidung. Namun, meski memiliki potensi lahan untuk tanam padi dan jagung, sejumlah investor masih menunggu langkah pemerintah membenahi infrastruktur di wilayah tersebut.