TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2017 berada di bawah perkiraan yakni sekitar 5,05 persen terpengaruh masih minimnya belanja pemerintah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Mar towardojo mengatakan laju produk domestik bruto pada awal tahun memang lebih rendah dari perkiraan awal 5,05 persen. Kendati demikian, sepanjang tahun ini ma sih akan berada di kisaran 5 persen-5,4 persen.
“Di bawah 5,05 persen dalam banyak hal ka rena faktor government spending yang re latif tertekan di tahun lalu karena ada pengurangan anggaran pemerintah,” ujarnya ketika ditemui di kantor Kemenkeu, Senin (13 Maret 2017).
Kendati demikian, menurutnya, semua variabel pembentuk laju produk domestik bruto (PDB) dari sisi pengeluran masih me nunjukkan kondisi yang membaik. Ki nerja pengapalan Indonesia pun dipre - diksi juga menunjukkan tren perbaikan pada bulan ini.
Seperti diketahui, pada kuartal IV/2016, konsumsi pemerintah justru terkontraksi 4,05 persen (year-on-year/yoy) di tengah pos pe ngeluaran lain yang mencatatkan pertumbuhan positif. Realisasi ini membuat konsumsi pemerintah secara tahunan 2016 terkontraksi 0,15 persen.
Pada tahun ini, persisnya hingga 20 Februari 2017, realisasi belanja negara men capai Rp168,6 triliun atau 8,1 persen dari pa gu Rp2.080,5 triliun. Performa itu lebih rendah dari kinerja periode yang sama tahun lalu senilai Rp189,4 triliun, atau 9,1 persen dari pagu.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku belum mengetahui persis data penyerapan anggaran hingga saat ini. Namun, pihaknya optimistis akan ada peningkatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan kuartal I/2016.
Adapun, Eric Sugandi, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) menilai proyek-proyek pemerintah ada yang memakai sistem reimbursement sehingga baru akan mengalami peningkatan serapan anggaran pada kuartal IV.
Proyek-proyek infrastruktur pemerintah mayoritas tetap jalan walaupun ada yang menjadi bagian lanjutan dari tahun lalu, sebagai efek penundaan. Dengan demikian, menurutnya, masih ada daya dorong, tapi terbatas.
“Namun perlu diingat, pengeluaran pemerintah kontribusi langsungnya terhadap PDB hanya sekitar 7 persen-8 persen. Ada dampak tidak langsungnya via multiplier effect ke investasi, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi LNPRT, tetapi terbatas,” tuturnya.
Dia memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2017 akan ada di level 5,0 persen, bahkan ada kemungkinan turun menjadi 4,9 persen. Pasalnya, daya beli masyarakat terutama di Pulau Jawa agak tergerus oleh inflasi akibat kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices).