TEMPO.CO, Jakarta – Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BBNI) menerbitkan sertifikat deposito berjangka pendek (negotiable certificate of deposit/NCD) senilai Rp 2,7 triliun untuk menjamin pasokan likuiditas dan rencana ekspansi bisnis perseroan di 2017. “BNI menerbitkan NCD berdenominasi rupiah tanpa warkat (scripless) 2017 sebesar Rp 2,7 triliun dengan arranger PT BNI Securities, PT BCA Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas,” ujar Sekretaris BNI, Kiryanto, melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, 14 Maret 2017.
Baca: Ketua KPK: DPRD Paling Tidak Taat Lapor LHKPN
Kiryanto menjelaskan, realisasi NCD yang dibukukan pada 10 Maret 2017 itu adalah NCD tenor 370 hari kalender sebesar Rp 2,195 triliun dengan tingkat diskonto 7,55 persen. Kemudian, tenor 18 bulan sebesar Rp 350 miliar dengan tingkat diskonto 7,9 persen. Selanjutnya sebesar Rp 150 miliar bertenor 24 bulan dengan tingkat diskonto 8,05 persen, serta dengan tenor 36 bulan sebesar Rp 5 miliar dengan tingkat diskonto 8,35 persen.
”Dampak kejadian untuk tersedianya likuiditas yang mendukung kebutuhan aliran dana rupiah dan ekspansi bisnis BNI,” kata Kiryanto.
Baca: Bukukan Laba Rp 20,6 Triliun, Kinerja BCA Lampaui Ekspektasi
Sebelumnya, Direktur Treasuri dan Internasional BNI, Panji Irawan, mengatakan, pada 2017, BNI akan mencari tambahan pendanaan melalui berbagai instrumen utang dan pinjaman bilateral, dengan total nilai sekitar Rp 10 triliun. Instrumen utang itu antara lain obligasi Rp 5 triliun dan NCD di kisaran Rp 3 triliun, dan Rp 2 triliun lain dalam bentuk instrumen lain.
Tambahan pendanaan itu untuk ekspansi bisnis perseroan dan kebutuhan likuiditas untuk mengakselerasi kredit. Pada 2017, BNI menargetkan kredit tumbuh 15-17 persen, setelah pada 2016 kredit BNI tumbuh 20,6 persen menjadi Rp 393,2 triliun.
ANTARA