TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar (kurs) rupiah hari ini, Jumat, 10 Maret 2017, diprediksi berpotensi melemah terimbas sentimen global. Analis senior dari PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan IHSG hari ini membutuhkan konfirmasi lebih untuk bisa bergerak menguat sehingga akan mengalami konsolidasi.
“Sentimen global akan memberikan dampak negatif terhadap pergerakan IHSG dan rupiah hari ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 10 Maret 2017.
Menurut Reza, ruang pergerakan IHSG hari ini diprediksi akan terbatas. Meski begitu, dia berharap IHSG bisa menguat apabila mampu bertahan dari sentimen negatif. “IHSG berpeluang mengalami penurunan (bearish) dan kemungkinan koreksi. Kami perkirakan indeks akan bergerak menurun di level 5.391-5.380,” kata dia.
Baca: Rupiah Stabil, Waspadai Penguatan Dolar
Pada penutupan perdagangan Kamis, 9 Maret 2017, IHSG ditutup menguat 0,16 persen atau 8,62 poin ke level 5.402. Dalam pembukaan perdagangan, IHSG juga menguat, tapi hanya 0,01 persen atau 0,18 poin ke level 5.393. Reza mengatakan laju IHSG akhirnya mampu mengalami kenaikan setelah di awal sesi cenderung bergerak mendatar. Bahkan indeks lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah, yang melanjutkan pelemahan sebelumnya.
Reza berujar, imbas negatif dari melemahnya bursa saham Amerika Serikat, yang diikuti merahnya sejumlah bursa saham Asia, sempat mempengaruhi IHSG. "Namun, jelang penutupan, tampaknya volume beli mulai mendominasi dan mampu mengangkat IHSG," tuturnya.
Bahkan, menurut Reza, laju rupiah yang melemah tidak terlalu menghalangi kenaikan IHSG. Dalam perdagangan Kamis kemarin, asing mencatatkan beli bersih (nett buy) Rp 156,61 miliar, turun dari sebelumnya yang mencatatkan nett buy Rp 246,18 miliar.
Baca: Sejumlah Anak Usaha BUMN Proses IPO
Reza menuturkan pergerakan bursa saham Asia masih dipengaruhi potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR) dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan. Selain itu, pelemahan bursa saham Asia juga dipengaruhi kenaikan laju dolar Amerika.
Di sisi lain, rilis inflasi dan Producer Price Index (PPI) Cina yang mengalami kenaikan juga direspons negatif sehingga menekan indeks saham Asia. Namun, menguatnya dolar Amerika memberikan berkah, di mana nilai tukar yen yang melemah direspons secara positif oleh bursa saham Jepang atau Nikkei.
Reza menambahkan, menjelang rapat FOMC, pergerakan indeks saham Eropa juga berada di zona merah. Pelaku pasar cenderung menahan diri karena harga minyak juga melemah. Indeks Pan-European Stoxx600 melemah 0,23 persen, terutama akibat melemahnya sektor basic resources.
ANGELINA ANJAR SAWITRI