TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai Indonesia dan Australia berpeluang bekerja sama di sektor peternakan. Dengan kerja sama itu, kedua negara akan menguasai pasar dan menjadi salah satu mesin bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Menurut Thomas, Australia unggul dalam breeding, sementara Indonesia unggul dalam penggemukan. "Ini tentu sebuah kemitraan yang luar biasa. Kalau bisa bekerja sama, kami tidak akan terkalahkan," katanya dalam Indonesia-Australia Business Week di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 7 Maret 2017.
Baca: PT Antam dan Australia Kerjasama Tambang Emas dan Tembaga
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Hermanto Gunawan menilai terdapat peluang kerja sama dengan Australia untuk mengatasi masalah pangan. "Misalnya perusahaan Indonesia beli perusahaan Australia terkait dengan pangan, peternakan. Walaupun terhitung impor, dia berasal dari source yang lebih aman dari sisi harga ataupun suplai," ucapnya.
Saat ini, menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani, Indonesia telah menjalin kerja sama daging merah dan ternak atau red meat and cattle partnership dengan Australia. "Produk-produk itu, menurut kami, bisa dikerjasamakan dengan Australia," ujarnya.
Shinta menuturkan, selain kerja sama di sektor peternakan, Australia tertarik berinvestasi di sektor pariwisata, infrastruktur, dan energi terbarukan. Selain itu, investasi yang juga menarik untuk dimasuki Australia adalah ekonomi digital serta pendidikan, seperti vokasional dan riset.
Simak: Indonesia dan Korea Perpanjang Currency Swap Rp 115 Triliun
Menurut Shinta, dalam pembahasan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement, Kadin Indonesia bersama Australia membuat kelompok kerja sama bisnis untuk menganalisis sektor-sektor yang bisa dikerjasamakan. "Yang kami dorong tidak hanya mereka berinvestasi, tapi juga bermitra dengan perusahaan lokal."
ANGELINA ANJAR SAWITRI