TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Ladjiman Damanik mengatakan tahun ini pabrik pemurnian (smelter) nikel akan bertambah. Tahun ini, akan ada 26 smelter nikel yang dioperasikan. "Yang on progress ya segitu, akhir tahun ini operasi," ucap Ladjiman saat ditemui di Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Senin, 6 Maret 2017.
Ladjiman berujar, saat ini, smelter nikel yang sudah beroperasi sebanyak enam unit dengan kapasitas 300-400 ribu ton per tahun secara kumulatif. Jika nantinya beroperasi semuanya, smelter baru diperkirakan memiliki kapasitas sebesar 1 juta ton.
Baca: Kartel Cabai, Polisi Tetapkan Wanita Ini Sebagai Tersangka
Ladjiman membenarkan bahwa investor asal Cina tertarik berinvestasi membangun smelter nikel. Investasi yang dilakukan Cina memang disarankan pengusaha lokal, dan mereka bermitra dengan partner-partner di mana mereka biasa membeli ore nikel.
Ladjiman menuturkan tahun ini harga nikel trennya akan naik. Sebab, Amerika Serikat tengah menaikkan investasi di infrastruktur. Hal itu akan membuat harga nikel naik. Namun dia belum bisa memprediksi kisaran harga kenaikannya. "Saya belum lihat angka terakhir, belum bisa prediksi berapa,” katanya.
Baca: SMF Ingin Bank Penyalur Kredit Sasar Generasi XYZ
Pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Maret 2017, harga nikel di bursa London Metal Exchange turun 0,31 persen atau 35 poin menjadi US$ 10.940 per ton.
DIKO OKTARA