TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan seluruh pelaku pasar sudah mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate) bulan Maret ini. Menurut Agus Marto, tanda-tanda kenaikan suku bunga telah terbaca jelas di rapat bulanan The Federal Reserve Februari lalu.
“Prosentasenya sekitar 90 persen, makanya seluruh pelaku pasar sudah bersiap,” ujar Agus Marto, Senin, 6 Maret 2017, di Jakarta. Agus Marto mengatakan meski kenaikan suku bunga besar kemungkinan diikuti pelemahan rupiah, dampak tersebut takkan berimbas negatif bagi situasi moneter.
Simak pula:
Indonesia Mendapat Restu Raja Salman Suplai Avtur ke Arab
Pemerintah Ingin Impor LPG dari Iran Ditambah
Seperti Ini Upaya Empat Kementerian Kembangkan Wilayah Papua
Kominfo Minta Hasil KTT IORA Bisa Diakses Publik Secara Luas
Ketahanan ekonomi negara, menurut Agus Marto, cukup bagus merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang bertahan di kisaran 5 persen. Begitu pula dengan inflasi di angka 3-5 persen selama dua tahun ke belakang. “Kami harap risiko modal lari keluar tidak terjadi,” tutur Agus.
Faktor penguat lain, menurut Agus Marto, juga terlihat dari terjaganya neraca pembayaran negara dan defisit transaksi berjalan yang terjaga. Per Februari 2017, neraca pembayaran negara surplus US$ 4,5 miliar. Adapun, cadangan devisa negara ada di kisaran US$ 116,9 miliar.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan The Fed tak akan secara ekstrem menaikkan suku bunganya. Begitu juga desakan Presiden Donald Trump untuk menaikkan suku bunga 0,25 persen lebih dari 100 basis poin belum tentu cocok dengan visi The Fed. Bank sentral, kata Darmin, sangat independen dari tekanan pemerintah.
ANDI IBNU