TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan seluruh BUMN tumbuh 11,2 persen, yakni menjadi Rp 7.035 triliun dari tahun lalu sebesar Rp 6.325 triliun. Adapun laba BUMN ditargetkan tumbuh 20,1 persen menjadi Rp 197 triliun dari 2016 lalu yang mencapai Rp 164 triliun.
"Untuk ekuitas ditargetkan tumbuh 7,1 persen dari Rp 2.233 triliun pada 2016 menjadi Rp 2.391 triliun pada 2017 dan liabilitas tumbuh 13,5 persen dari Rp 4.091 triliun pada 2016 menjadi Rp 4.643 triliun pada 2017," ujar Sekretaris Menteri BUMN Imam Apriyanto Putro di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat, 3 Maret 2017.
Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (Ebitda), menurut Imam, juga ditargetkan naik cukup signifikan, yakni 15 persen. Pada 2016, kata Imam, Ebitda BUMN mencapai Rp 373 triliun. Tahun ini, Imam berujar, Ebitda BUMN ditargetkan bisa mencapai Rp 429 triliun.
Belanja modal atau capex BUMN tahun ini, menurut Imam, dianggarkan sebesar Rp 468 triliun atau naik dari tahun lalu sebesar Rp 297 triliun. "Angka ini sangat signifikan dengan pertumbuhan 57,6 persen," ujar Imam. Adapun belanja operasional atau opex juga naik 17,8 persen, yakni dari Rp 1.518 triliun pada 2016 menjadi Rp 1.788 triliun pada 2017.
Untuk pendapatan, Kementerian BUMN menargetkan pertumbuhannya mencapai 17,4 persen pada 2017, menjadi Rp 2.116 triliun dari tahun lalu sebesar Rp 1.802 triliun. Pajak ditargetkan turun 1,2 persen, dari Rp 167 triliun menjadi Rp 165 triliun. "Dividen yang ditargetkan dalam APBN naik 10,8 persen, dari Rp 37 triliun menjadi Rp 41 triliun," kata Imam.
ANGELINA ANJAR SAWITRI