TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan mengatakan pemerintah belum memastikan pembelian saham perusahaan Saudi Aramco milik Arab Saudi. Saham perdana tersebut akan ditawarkan secara terbuka ke publik (initial public offering) saat Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud berkunjung ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017.
"Belum disiapkan. Tapi ada kerja sama kayaknya. Kerja sama perdagangan, untuk ekspor produk kita ke dia," ucap Scenaider di kantornya, Senin, 27 Februari 2017.
Baca Juga: Raja Arab Datang, Luhut Ingin Kerja Sama Keamanan Laut
Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan akan melepas 5 persen saham Saudi Aramco kepada publik. Dalam wawancara dengan CNBC News, Raja Salman menyebut nilai saham Saudi Aramco mencapai US$ 2 triliun. Artinya, saham yang dilepas sekitar US$ 100 miliar atau Rp 1.383 triliun. Penjualan ini akan mengalahkan rekor IPO terbesar Alibaba Group Holding Ltd, yang mengumpulkan US$ 25 miliar saat penawaran perdana.
Raja Salman juga gencar menawarkan bank-bank di Asia untuk berinvestasi di Arab Saudi. Salman berupaya melakukan diversifikasi industri nonminyak untuk mengurangi ketergantungan negara tersebut pada pendapatan minyak.
Salman telah membuat kerja sama pengembangan teknologi dengan SoftBank asal Jepang. Menurut Scenaider, upaya diversifikasi Arab Saudi akan berlangsung dalam jangka panjang dan membutuhkan investasi besar.
Simak: Sambut Raja Salman, Pemerintah Siapkan Tim Kebersihan Pantai
Di sisi lain, Arab Saudi menguasai sekitar 40 persen global sukuk Indonesia. Kementerian Keuangan akan mengkaji kembali alokasi emisi sukuk jika penawaran saham Arab menekan pembelian surat utang tersebut. "Kalau nanti permintaan mereka berkurang, ya kurangi saja global sukuk kita. Realistis. Nanti kami alokasikan mungkin naikkan ke yen (samurai bond), euro, atau dolar," ujar Scenaider.
Pemerintah juga akan menyasar investor lain selain negara-negara di Timur Tengah. "Kalau Timur Tengah, dengan turunnya harga minyak, dia akan menyesuaikan, karena penerimaannya dari minyak. Jadi shifting ini sekarang ke negara-negara kaya sana, yang pendapatan per kapitanya tinggi," tutur Scenaider.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan, selain menawarkan saham, Aramco akan berinvestasi di Indonesia dengan nilai sekitar US$ 10 miliar. Perusahaan tersebut akan membangun kilang sekaligus storage dan jalur distribusi di Indonesia. "Selain itu, kami juga meminta pembebasan pajak berganda yang akhirnya disetujui kedua pihak yang nanti akan disiapkan Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian,” kata Prammono.
Baca: BNI Siapkan Ekspansi ke Malaysia Bersama Himbara
Pemerintah meneken lima kesepakatan dengan pemerintah Arab Saudi. Pertama adalah promosi seni dan warisan budaya. Kedua adalah pertukaran ahli, termasuk kesehatan haji dan umrah. Ketiga adalah promosi Islam moderat melalui dakwah dan pertukaran ulama. Keempat, meningkatkan frekuensi penerbangan dari Arab Saudi ke Indonesia. Terakhir, pemberantasan kejahatan, terutama penanggulangan kejahatan lintas batas.
PUTRI ADITYOWATI | DIKO OKTARA