TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero), Rachmad Hardadi, mengatakan Pertamina akan menjadi offtaker (penyerap) hasil produksi kilang Bontang. Dia menambahkan hal ini menjadi salah satu nilai tawar ke para calon mitra strategis pembangunan di kilang Bontang, Kalimantan Timur.
"Ya offtakernya Pertamina, selain itu infrastruktur sudah ada dan siap dibangun di sana," kata Rachmad saat ditemui di kantor pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat 24 Februari 2017.
Baca : Ancaman PHK Karyawan Freeport, Luhut Serahkan ke Menteri Tenaga Kerja
Rachmad menuturkan nantinya juga akan ada kelebihan produksi yang bisa diekspor. Dia mengungkapkan kalau kelebihan produksi bisa diekspor ke Filipina, yang lokasinya tak terlalu jauh dari Bontang. "Dari data bisa jadi pasar potensial."
Menurut Rachmad, kelebihan produksi bisa dijadikan diesel dan avtur untuk diekspor ke Filipina, di mana negara tersebut tak memiliki cukup produksi dari dua jenis bahan bakar tersebut.
Selain itu kilang Bontang tak memulai dari nol, kata Rachmad, karena di sana sudah ada infrastruktur dibangun. Misalnya seperti perumahan, sekolah, rumah ibadah, dan juga bandara. "Ini akan jadi pertimbangan ke depannya," ucap Rachmad.
Baca : Luhut Pastikan Negosiasi Pemerintah dan Freeport Lancar
Kilang Bontang akan menempati lahan sebesar 460 hektare yang dimiliki negara, dan akan dimanfaatkan dengan mekanisme sewa. Di sana juga telah tersedia fasilitas penunjang operasi milik LNG Badak, yang dapat digunakan seperti uap, pembangkit, infrastruktur air, dan konstruksi jetty.
Kilang Bontang ditargetkan selesai pembangunan pada September 2023. Sedangkan akhir bulan ini akan dilakukan project expose dan setelah itu dilakukan penetapan mitra pada April 2017.
DIKO OKTARA