TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Windu Kentjana International Tbk (MCOR) resmi diambil alih sahamnya oleh bank asal Cina, yaitu China Construction Bank Corporation (CCB). Dengan pengambilalihan tersebut, tersebut Bank Windu kini telah berubah nama menjadi PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Nicky Hogan, mengatakan akusisi itu harus dilihat dari sisi positifnya saja. "Kami selalu melihat dari sisi positifnya, kan kita bicara satu dunia yang sudah terbuka," katanya di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis, 23 Februari 2017.
Menurut Nicky, Indonesia tidak perlu khawatir dengan masuknya investasi asing, karena Indonesia punya aturan-aturan dari Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan yang masih memperhatikan kepentingan-kepentingan nasional.
Baca : Mandiri Siapkan 200 Agen Bank Salurkan Bantuan Non Tunai
"Jadi kalau asing masuk, sama seperti asing punya kepemilikan di kita dulu 60 persen, saya tidak pernah melihat itu dalam konteks negatif tapi melihat konteks kenapa kita Indonesia belum juga berlomba-lomba untuk menjadi investor supaya besar," ujarnya.
Nicky menyampaikan, tidak perlu takut dengan adanya investor asing ke Indonesia. "Justru jadi tantangan bahwa asing sedemikian percaya dengan kita termasuk dalam kasus ini," pungkasnya.
Untuk diketahui, pada September tahun lalu CCB telah merampungkan akuisisi atas 60 persen saham Bank Windu atau sebanyak 9,98 miliar lembar saham. Transaksi akuisisi ini sudah disetujui oleh otoritas termasuk otoritas Komisi Regulator Perbankan Cina (CBRC) pada Mei 2016 dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juni 2016. Setelah menjadi pemegang saham pengendali Bank Windu, CCB kini memiliki 29 kantor cabang di 27 negara di dunia.
Baca : Menjelang Akhir Periode, Dana Tebusan Tax Amnesty Rp 104 T
Dalam pernyataan tertulisnya, manajemen CCB menyatakan dengan menguasai Bank Windu, maka perseroan akan memperoleh akses ke pasar lokal Indonesia. Melalui Bank Windu, CCB akan melayani klien dari Cina yang ada di Indonesia, klien perorangan dan perusahaan lokal, hingga pembiayaan infrastruktur dan perdagangan.
TONGAN SINAMBELA | ABDUL MALIK