TEMPO.CO, Semarang - Konsumsi rumah tangga masih menjadi salah satu faktor utama untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sektor ini masih dominan menyumbang produk domestik bruto, selain investasi yang selama ini sering diharapkan masuk di daerah tersebut.
“Konsumsi rumah tangga akan didukung oleh pertumbuhan kelas menengah yang tinggi dan prospek pembukaan lapangan kerja,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo, di Semarang, Selasa, 21 Februari 2017.
Selain itu, ia menyebut, ukuran pertumbuhan ekonomi dari sektor investasi di Jawa Tengah ditunjang oleh akselerasi proyek infrastruktur. Di antaranya kelanjutan jalan tol trans-Jawa, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang, Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang dan Wirasaba, serta Bendungan Bener.
Baca: Freeport Bakal Gugat ke Arbitrase, Luhut: Bagus, Dong
Hamid mengatakan pada 2016 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,28 persen atau naik lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,02 persen. Tingginya sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi membuat BI Jawa Tengah meningkatkan perannya sebagai mitra strategis lembaga terkait.
“Salah satu yang dilakukan BI telah berinisiatif membentuk klaster dan binaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” kata Hamid.
Selain itu, Hamid menyatakan telah menggelar program elektronifikasi dan inklusi keuangan (financial inclusion) berupa penyaluran bantuan sosial secara non-tunai. Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi. Langkah ini dilakukan lewat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang mampu meraih gelar sebagai TPID terbaik pada 2015.
Baca: Jokowi Minta Pegawai di Kementerian Ini Ajari Pedagang
Penguatan koordinasi, menurut Hamid, sangat diperlukan untuk menjaga konsumsi rumah tangga agar terkendali. Langkah yang dilakukan adalah penandatanganan kerja sama klaster program pengendalian inflasi komoditas bawang putih di delapan kabupaten di Jawa Tengah, terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait dengan penyesuaian komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) serta risiko kenaikan harga pangan.
“Sehingga dapat membantu pencapaian sasaran inflasi 2017 secara nasional, yaitu sebesar 4±1 persen,” katanya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Statistik BPS Jawa Tengah, Samiran, menyatakan nilai indeks tendensi konsumen (ITK) di Jawa Tengah pada triwulan keempat 2016 sebesar 99,93. Hal itu menunjukkan kondisi ekonomi rumah tangga di Jawa Tengah menurun dibanding triwulan sebelumnya. “Menurunnya kondisi ekonomi rumah tangga terutama disebabkan oleh menurunnya volume konsumsi barang dan jasa,” kata Samiran.
Baca: Mengancam ke Arbitrase, Hikmahanto: Freeport Arogan
Menurut Samiran, hal itu dipengaruhi inflasi terhadap total pengeluaran rumah tangga dengan nilai indeks 99,67 poin. “Sedangkan pendapatan rumah tangga relatif stabil besarnya, yakni 100,26 poin,” katanya.
Ia memperkirakan indeks tendensi konsumen pada triwulan pertama 2017 ini sebesar 107,31. Artinya, responden optimistis memperkirakan kondisi ekonomi jadi lebih baik dibanding kuartal keempat tahun lalu.
EDI FAISOL