TEMPO.CO, SURABAYA - Pengusaha batik, Ari Bintarti, beruntung mempunyai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang sangat perhatian terhadap ekonomi warganya. Pemilik Batik Alsier, Desa Wonorejo, Rungkut, Surabaya, ini menceritakan kisahnya sebagai pengusaha.
Baca : Korsel Investasi Petrokimia US$ 4 Miliar di Cilegon
Ari mengaku tak bisa membatik pada awalnya. Dia hanya gemar menggambar dan suka batik. Pada 2008, Pemerintah Kota Surabaya memberikan pelatihan batik tulis di kantor Kecamatan Rungkut.
Ari adalah satu dari 50 warga Rungkut yang ikut pelatihan itu. “Saya penasaran saja, bagaimana cara membuat batik,” ujar Ari Bintarti, seperti yang termuat dalam Koran Tempo, Sabtu 18 Februari 2017.
Baca : Jaring Ikan Sepanjang Jakarta-Semarang, Ini Cerita KKP
Firstijanti, pemilik Butik Firta, merupakan salah seorang pelanggan batik Alsier. Butik pakaian khusus batik itu menjadi pelanggan Ari sejak 2013. “Saya dulu pesan beberapa lembar saja, hasilnya kok bagus. Saya coba pesan lagi untuk dibuat seragam,” katanya.
Ari bisa memenuhi kebutuhan Firstijanti. “Kalau pemesan butuh seragam dengan harga sekian, Bu Ari bisa menyesuaikan,” kata Firstijanti. Pernah sebuah perusahaan baja memesan 70 lembar kain batik dengan motif bawaan sendiri, dan Ari, kata dia, sanggup mengerjakannya.
Bila pesanan sedang banyak, Ari menyerahkan proses pembatikan kepada para tetangga yang sudah terlatih. Juli tahun lalu, misalnya, Ari kecipratan order 1.300 potong baju batik dengan empat motif. Ribuan baju batik itu untuk peserta PrepComm III UN Habitat. Dari pesanan Pemerintah Kota Surabaya itu, Ari meraup penghasilan Rp 200 juta. Tapi penghasilan segede itu belum tentu datang setiap hari.
Ari tak memungkiri, pesanan masih banyak dari Pemkot Surabaya, yang melatihnya jadi pengusaha batik. Jaringan konsumennya juga banyak dari situ. Pemasaran Alsier pun masih konvensional. Ari belum memaksimalkan Internet yang berpotensi meluaskan jangkauan produknya. “Kalau lewat media sosial, paling cuma ditanya-tanya. Tahu-tahu besoknya keluar model yang sama dari orang lain,” kata ibu satu anak itu terkekeh.
ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA) | KHAIRUL ANAM