TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo berujar, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat di tengah peningkatan ketidakpastian akibat arah kebijakan pemerintahan Amerika Serikat yang baru. Pada triwulan IV 2016, rupiah melemah 3,13 persen menjadi Rp 13.473 per dolar AS.
"Namun, rupiah kembali menguat sebesar 0,9 persen menjadi Rp 13.532 pada Januari 2017," kata Agus dalam konferensi persnya usai Rapat Dewan Gubernur di Kompleks BI, Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.
Baca:
TKI Karawang Kirim Uang Rp2,8 Miliar ke Indonesia
2016, Kredit Maybank Indonesia Naik Menjadi Rp 115,7 Triliun
Penguatan tersebut terjadi seiring dengan aliran modal asing yang kembali masuk dan persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik. "BI akan mewaspadai perkembangan resiko ketidakpastian dan melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai fundamental," tutur Agus.
Selain itu, neraca pembayaran pada triwulan IV 2016 juga surplus sebesar US$ 4,5 miliar. Surplusnya neraca pembayaran, menurut Agus, didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun serta surplus transaksi modal dan finansial yang cukup besar. "Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 US$ 1,8 miliar atau 0,8 persen dari PDB," katanya.
Defisit transaksi berjalan itu, Agus berujar, lebih rendah dari triwulan III 2016 yang mencapai US$ 4,7 miliar atau 1,9 persen dari PDB. Hal itu ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer. "Surplus neraca perdagangan barang meningkat didorong oleh ekspor yang membaik seiring naiknya harga komoditas."
Simak:
Sei Mangke Dijadikan Mesin Pendorong Ekonomi Sumatera
Menteri Perhubungan: Rumah Kita Bisa Jadi Sentra Logistik
Transaksi modal dan finansial, kata Agus, juga mencatatkan surplus US$ 6,8 miliar. Surplus tersebut terutama berasal dari surplus investasi lainnya sejalan dengan berlanjutnya repatriasi dana tax amnesty. "Keseluruhan tahun, kinerja neraca pembayaran surplus US$ 12,1 miliar atau membaik dari 2015 yang defisit US$ 1,1 miliar," tuturnya.
Cadangan devisa pada akhir Desember 2016, menurut Agus, mencapai US$ 116,4 miliar. Cadangan devisa kembali meningkat pada Januari 2017, yakni sebesar US$ 116,9 miliar. "Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk 8,7 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Agus.
ANGELINA ANJAR SAWITRI