TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,02 persen pada 2016 disebabkan oleh menguatnya konsumsi rumah tangga serta membaiknya ekspor dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh karena daya beli terjaga dan inflasi terkendali.
"Kinerja ekspor juga menunjukkan perbaikan yang ditopang meningkatnya volume perdagangan serta harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit," kata Agus dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di Kompleks BI, Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.
Baca : Bank Syariah Mandiri Bidik Penjualan Sukuk Ritel Rp750 M
Perbaikan investasi, menurut Agus, didorong oleh pertumbuhan investasi non bangunan dalam bentuk kendaraan dan peralatan lainnya. Sementara itu investasi bangunan mengalami perlambatan. "Hal itu sejalan dengan lebih rendahnya ekspansi fiskal," ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Jawa, kata Agus, meningkat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia melambat. Pada 2017, BI memperkirakan ekonomi tumbuh di kisaran 5-5,4 persen. "Yang ditopang konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, dan investasi. Ekspor juga diperkirakan meningkat," katanya.
Agus menambahkan, inflasi terkendali meski tertekan pada awal 2017. Inflasi indeks harga konsumen pada Januari sebesar 0,97 persen. "Kenaikan disumbangkan oleh komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan kelompok inti. Inflasi volatile food rendah sejalan dengan koreksi harga beberapa komoditas pangan," ujarnya.
Baca : Laba Bersih Maybank Indonesia Melonjak 71 Persen
Inflasi administered price meningkat karena didorong oleh kenaikan biaya administrasi perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (STNK), tarif listrik, dan bahan bakar khusus. Sementara itu, inflasi inti meningkat, sebesar 0,56 persen. "Ke depan, BI akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi."
ANGELINA ANJAR SAWITRI