TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyambut positif laju inflasi pada 2016 yang cukup rendah, yakni sebesar 3,02 persen. Namun, BI akan terus menjaga inflasi karena pada Januari inflasi lebih tinggi dari prediksi di kisaran 0,6 persen, yakni sebesar 0,97 persen.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah. Besok ada rencana membahas inflasi di Kantor Menko (Perekonomian). Kita berkeyakinan, inflasi tahun ini tetap ada di target kami, yaitu 4 plus minus 1 persen," kata Agus di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Februari 2017.
Baca Juga: Inflasi 2017, BI: Antisipasi Harga Pangan Bergejolak
Pada 2017, menurut Agus, memang terdapat tekanan inflasi yang lebih besar dengan adanya pengurangan subsidi energi sebagaimana yang tercantum dalam APBN 2017. "Tapi pemerintah dan BI sepakat menjaga inflasi harga pangan bergejolak tidak melebihi 4-5 persen," tuturnya.
Selain itu, Agus menambahkan, pemerintah dan BI sepakat untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi inflasi harga barang yang diatur pemerintah pada saat yang tepat. "Sehingga, seandainya ada tekanan inflasi, itu terjadi pada saat inflasi harga pangan bergejolak terjaga."
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada Januari 2017 sebesar 0,97 persen secara bulanan (month to month/mtm) atau sebesar 3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy). Inflasi itu dipengaruhi oleh inflasi harga barang yang diatur pemerintah, yakni sebesar 2,57 persen.
Simak: Bersaing dengan Kota Dunia, Jakarta Harus Revitalisasi
Penyumbang inflasi tertinggi pada Januari adalah kenaikan biaya perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (STNK), surat izin mengemudi (SIM), dan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) serta kenaikan tarif listrik 900 VA yang terjadi mulai awal Januari lalu.
ANGELINA ANJAR SAWITRI