TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu berhasil membukukan 5,02 persen atau mengencang dibanding 2015 yang tumbuh 4,88 persen. Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Putera Rinaldy, menyatakan, pada 2016, kinerja ekonomi menunjukkan pemulihan seusai pertumbuhan lima tahun yang turun. Nilai produk domestik bruto (PDB) per kapita sepanjang tahun lalu naik 7,2 persen menjadi US$ 3.605.
Meski begitu, dia mengingatkan, kinerja ekonomi perlu mewaspadai ketidakpastian politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. “Terutama pilkada Jakarta. Dampaknya adalah bisa mengganggu kepercayaan investor pada kuartal I dan II 2017,” ucap Leo dalam hasil riset yang dipublikasi, Selasa, 7 Februari 2017.
Baca: Sri Mulyani: Selama Ekonomi ASEAN Positif, Ekspor Tumbuh
Menurut Leo, pemerintah perlu segera memenuhi dan merealisasi paket kebijakan untuk mendorong iklim investasi. Risiko lain terhadap laju ekonomi tahun ini adalah tentang harga komoditas yang bisa memberi dua dampak yang kontras. Di satu sisi, kenaikan harga komoditas, terutama batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO), sejak semester II 2016 memberikan keuntungan guna menopang pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik pada Senin kemarin mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2016 sebesar 4,94 persen secara tahunan (YoY) dan secara kumulatif sepanjang 2016 naik 5,02 persen. Leo menuturkan realisasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV 2016 sejalan dengan prediksinya sebesar 4,97 persen, tapi sedikit di bawah prediksi konsensus yang sebesar 5 persen YoY.
“Jika dilihat dari tiap komponennya, ada kelemahan tertentu pada pengeluaran pemerintah dan sektor manufaktur,” ujarnya.
Baca: Sri Mulyani Yakin Ekonomi RI 2017 Tumbuh Positif
Leo memprediksi harga minyak yang naik juga mempunyai risiko pada proyeksi inflasi tahunan 2017 sebesar 4,2 persen dalam biaya administrasi yang lebih tinggi. Dengan asumsi harga minyak mentah Brent tahun ini di kisaran US$ 60 per barel dan nilai tukar rupiah sekitar 13.400 per dolar Amerika Serikat, harga bahan bakar minyak akan berada di level Rp 7.400 per liter atau 14,7 persen lebih mahal daripada harga saat ini pada kuartal I 2017.
“Untuk skenario tersebut, kami mengestimasi tambahan inflasi 0,3 persentase poin,” tuturnya.
Risiko lain, kata Leo, munculnya kebijakan proteksionisme oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dapat mempengaruhi perdagangan global dan menurunkan dampak positif pada harga komoditas yang lebih tinggi untuk ekspor.
ABDUL MALIK