TEMPO.CO, Jakarta - Harga nikel diprediksi semakin menguat seiring dengan penutupan sejumlah operasi tambang di Filipina, sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia.
Pada penutupan perdagangan Rabu (1 Februari 2017), harga nikel di bursa London Metal Exchange naik 2,96% atau 295 poin menuju US$10.250 per ton. Angka merupakan level tertinggi sejak 16 Januari 2017.
Sepanjang tahun berjalan, harga nikel meningkat 2,3%. Adapun pada 2016, harga nikel tumbuh 13,61%.
Daniel Hynes, senior commodities strategist Australia & New Zealand (ANZ) Banking Group Ltd., mengatakan keputusan pemerintah Filipina menutup pengoperasian sejumlah tambang terbilang mengejutkan pasar.
Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina Gina Lopez menyampaikan penutupan tambang mencakup sekitar setengah dari total pasokan nikel di dalam negeri. Selain penghentian operasi, sejumlah perusahaan dikenakan suspensi ekspor.
Menurut Kementerian, jumlah perusahaan yang dikenakan penyetopan operasi ialah 23 tambang. Adapun keputusan terhadap 5 tambang lainnya masih ditangguhkan.
Filipina menyumbang sekitar 25% produksi nikel global, yang sebagian besar dikirim ke China. Penyidikan terhadap tambang yang diprakarsasi Presiden Duterte dan Lopez bertujuan menegakkan standarisasi keselamatan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan harga nikel.
"Kejutan pasokan dari Filipina membuat harga menanjak. Namun, masih ada kekhawatiran koreksi karena harga sudah naik begitu tinggi pada tahun lalu," ujarnya Hynes seperti dikutip dari Bloomberg Kamis (2 Februari 2017).
Andy Wibowo Gunawan, Senior Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyampaikan tindakan pemerintah Filipina mendorong harga nikel dunia ke level lebih tinggi setelah berhasil menembus resistance US$10.000 per ton. Pasalnya, sisi pasokan semakin menurun.
"Tambang yang ditutup atau ditangguhkan menyumbang 50% total produksi nikel Filipina. Negara tersebut berkontribusi terhadap 19,3% pasokan nikel global pada November 2016," paparnya dalam publikasi risetnya, Kamis (2 Februari 2017).
Pasar tentunya menunggu keputusan penyelidikan dari Philippines Environment and Natural Resources. Gina Lopez kemudian memutuskan penangguhan izin lingkungan sejumlah perusahaan tambang seperti OceanaGold, Lepanto Mining, CitiNickel Mines and Development Corporation, serta Berong Nickel Corp. Mantan aktivis lingkungan ini juga memerintahkan penutupan operasi tambang di Pulau Homonhon dan Dinagat.
Andy menyampaikan, faktor fundamental masih akan menjaga harga nikel stabil di atas US$10.000 per ton pada 2017. Pasar komoditas logam ini diprediksi masih tetap stabil karena tingkat suplai yang terbatas dan proyeksi meningkatnya konsumsi, meski keran ekspor bijih nikel dibuka kembali oleh pemerintah Indonesia.