TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, mengatakan data di sektor pertanian tidak akurat. Dia menambahkan jika memang Indonesia surplus beras, maka tidak perlu ada produksi di tahun ini.
Hal diungkapkan oleh Dwi Andreas, ketika ditanyakan pendapatnya mengenai klaim surplus beras oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman. "Data selalu menunjukkan surplus, karena data lemah, pernyataan apapun jadi bias," kata Dwi Andreas kepada Tempo saat dihubungi, Kamis 2 Februari 2017.
Menurut Dwi Andreas, jika dirinci lebih lanjut angka produksi beras yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian dengan kemungkinan angka riil produksi yang dimilikinya, hasilnya berbeda. Perbedaan angka ini sekitar 23 persen. "Ada kelemahan terkait data."
Baca: Menteri Amran Bakal Swasembadakan Kawasan Timur Indonesia
Kemudian dari data yang dimiliki Dwi Andreas, diketahui pertumbuhan penduduk sejak 1985-2015 adalah 56,86 persen dan produksi padi bertumbuh sebesar 93,17 persen. Meski pertumbuhan produksi padi melebihi angka pertumbuhan penduduk, namun swasembada beras belum terjadi lagi. "Berasnya ke mana, ekspor saja tidak," ujar Dwi.
Ketika ditanyakan soal data dari Badan Pusat Statistik, Dwi Andreas menyatakan data dari BPS soal produksi beras itu 75 persen berasal dari Kementerian Pertanian. Dia merincikan data produksi itu, berasal dari data tentang luas panen dan produktivitas.
Data mengenai luas panen didapatkan 100 persen dari Kementerian Pertanian, sedangkan data produktivitas itu 50 persen didapatkan dari mantri statistik dan sisanya didapatkan dari Kementerian Pertanian. "Makanya saya bilang data itu 75 persen dari Kementerian Pertanian," ucap Dwi Andreas.
Baca: Surplus, Bulog Subang Kirim Beras 10.500 Ton ke Luar Daerah
Dwi mengungkapkan masalah soal data sudah terjadi sejak dahulu, bukan baru-baru ini saja. Namun dalam 10 tahun terakhir, hal ini menjadi semakin akut, alasannya tidak adanya keinginan merevisi kesalahan yang ada, sehingga menyebabkan kesalahan menjadi berulang.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim selama sembilan tahun belakangan ini, baru tahun lalu Indonesia mengalami surplus beras. Selain beras, kata Amran, harga bawang di sejumlah daerah juga turun karena kelebihan pasokan.
DIKO OKTARA