TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengingatkan perlu ada antisipasi lebih menghadapi perlambatan ekonomi Cina. Apalagi perlambatan ekonomi Negeri Tirai Bambu ini dinilai lebih berdampak pada perekonomian Indonesia dibanding kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Cina lebih berpengaruh sekitar 0,72 persen pada GDP kita, sedangkan Trump Effect hanya 0,41 persen," kata Bambang dalam acara Eurocham Investment Outlook 2017 di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Kamis, 2 Februari 2017.
Bambang menjelaskan, interaksi ekonomi antara Indonesia dan Cina lebih besar serta erat, khususnya terkait dengan ekspor komoditas. "Namun tetap saja, kalau perekonomian kedua negara slow down, itu akan berdampak pada sektor investasi Indonesia," ucapnya.
Lebih jauh, Bambang berujar, ketahanan ekonomi Indonesia bisa tetap kuat, asalkan tingkat konsumsi domestik bisa dijaga di level minimal 5 persen. Hal ini untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 5 persen.
Selain konsumsi, menurut Bambang, potensi lain yang harus dioptimalkan untuk menggenjot ekonomi adalah mengembangkan investasi. "Karena kita tidak bisa terlalu push pertumbuhan konsumsi, ada batasnya," tuturnya.
Sementara itu, kata Bambang, pertumbuhan ekonomi ke depan juga tak bisa banyak bergantung pada pasar global. Sebab, kondisi global saat ini masih penuh dengan ketidakpastian. "Jadi performance ekspor kita juga belum bisa terlalu diharapkan."
Bank Dunia dalam laporannya awal Januari lalu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 mencapai 5,3 persen atau meningkat dari tahun lalu sebesar 5,1 persen. Ekonomi Indonesia diprediksi tetap kuat di tengah pertumbuhan global yang sedang lesu.
GHOIDA RAHMAH