TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) Takehiko Nakao menegaskan kembali komitmen lembaganya mengalokasikan pinjaman bagi pemerintah Indonesia sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26,7 triliun per tahun dalam jangka menengah. Selain itu, operasi sektor swasta ADB akan berinvestasi di berbagai sektor, seperti energi bersih dan terbarukan, agribisnis, rumah sakit, serta farmasi.
“Strategi kemitraan tingkat negara ADB periode 2016-2019 dengan Indonesia berfokus pada peningkatan layanan infrastruktur, penguatan tata kelola ekonomi, serta peningkatan pendidikan dan keterampilan,” ucap Nakao dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 1 Januari 2017.
Baca: Inflasi Januari 2017 Tertinggi dalam Tiga Tahun Terakhir
Menurut Nakao, peningkatan investasi publik dan swasta di bidang infrastruktur Indonesia sangatlah penting guna memperluas basis perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan. Dia menyatakan dukungan ADB di sektor energi akan memperluas jangkauan dan efisiensi jaringan kelistrikan nasional serta membantu pengembangan sumber energi bersih, seperti gas alam dan panas bumi.
Adapun investasi bagi irigasi perdesaan, ujar Nakao, akan membantu meningkatkan produktivitas dan penghasilan perdesaan. Di sektor perkotaan, ADB akan mendukung dibangunnya program sanitasi di berbagai kota. “ADB juga mendukung investasi swasta dalam infrastruktur, termasuk melalui penguatan kebijakan, kerangka kelembagaan, serta persiapan proyek-proyek kerja sama publik dan swasta,” tuturnya.
Baca: BPS: Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,97 Persen
Sebagai salah satu negara pendiri ADB pada 1966, Indonesia tercatat telah menerima US$ 31,8 miliar dalam bentuk pinjaman negara dan nonnegara serta US$ 3,2 juta dalam bentuk bantuan teknis dan hibah dari ADB.
Tahun lalu, ADB memberikan pinjaman senilai US$ 1,75 miliar, termasuk US$ 17 juta dalam bentuk hibah, kepada Indonesia dengan US$ 1,26 miliar di antaranya diperuntukkan bagi pemerintah. Operasi sektor swasta ADB pada 2016 sejumlah US$ 475 juta terdiri atas pinjaman serta investasi ekuitas di sejumlah proyek panas bumi dan gas guna mendukung opsi bahan bakar rendah karbon bagi Indonesia.
ABDUL MALIK