TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di pekan kemarin mampu berbalik ke zona hijau dengan penguatan 1,11 persen dibandingkan pekan sebelumnya, yang melemah -0,35 persen.
Pergerakan IHSG kembali mampu melampaui pencapaian level tertinggi sebelumnya di level 5.309 atau lebih tepatnya di level 5.327,51.
Menurut analis senior dari Bina Artha Securities, Reza Priyambada, minimnya sentimen di dalam negeri membuat laju IHSG sedikit tertahan di awal pekan.
Padahal laju bursa saham Amerika Serikat cenderung berada di zona hijau setelah menanggapi pidato Presiden Trump pasca-pelantikannya. Selain itu, pelaku pasar sempat menjauhi pasar di awal perdagangan untuk mengamankan posisi dan terlihat bersikap wait and see.
"Kami menduga pelaku pasar menunggu kejelasan arah pasar global pasca-pelantikan Trump maupun sentimen rilis kinerja sebagian emiten," kata Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Ahad, 29 Januari 2017.
Namun akhirnya harapan akan adanya kenaikan IHSG menjadi kenyataan. IHSG ikut menguat, terimbas dari penguatan laju indeks saham Amerika dan Eropa sebelumnya yang menguat.
Terutama setelah indeks DJIA akhirnya mampu menyentuh level tertinggi terbarunya, sehingga dapat memberikan imbas positif pada laju IHSG yang berbalik menguat dan bertengger di level 5.300-an.
"Tidak hanya itu, meski laju obligasi masih melemah, tapi kembali terapresiasinya laju rupiah, yang dibarengi dengan aksi beli asing turut menopang laju IHSG," kata Reza.
Sepanjang pekan kemarin, asing kembali mencatatkan aksi beli bersih atau nett buy Rp 731,89 miliar dari pekan sebelumnya mereka melakukan aksi jual atau nett sell Rp -438,04 miliar.
Di sisi lain, laju bursa saham Amerika dan Eropa sebelumnya terperosok seiring dengan imbas sikap pelaku pasar, yang menunggu dan mencermati hal-hal yang akan dilakukan Presiden Amerika Donald Trump.
Dari memberhentikan seluruh duta besarnya, menarik pakta perjanjian dagang dengan 12 negara atau Trans Pasific Partnership dengan tujuan guna melindungi para pekerja Amerika Serikat.
Kebijakan yang akan dilakukan Trump lainnya, yakni mengganti layanan kesehatan sebelumnya, yang dikenal dengan Obamacare, dan merenegosiasi perjanjian kerja sama North America Free Trade Agreement, nyatanya tidak menghalangi laju IHSG untuk berbalik menguat.
"Kami melihat selain faktor penguatan secara teknikal (tehnical rebound) dengan memanfaatkan pelemahan sebelumnya juga disebabkan karena respons positif atas terapresiasinya rupiah dan menguatnya sejumlah laju bursa saham Asia," ucap Reza.
DESTRIANITA