TEMPO.CO, New York - Harga minyak mentah ditutup melemah setelah laporan pemerintah Amerika Serikat menunjukkan cadangan minyak mentah dan bahan bakar meningkat.
Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret turun 43 sen atau 0,8 persen ke level US$52,75 per barel di New York Mercantile Exchange, dengan total volume perdagangan sekitar 7 persen di atas rata-rata 100 hari terakhir.
Sementara itu, minyak jenis Brent untuk pengiriman Maret turun 36 sen menjadi US$55,08 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Baca : Investor Borong Saham Murah, IHSG Menguat Tipis
Berdasarkan data Badan Informasi Energi AS, persediaan minyak mentah naik 2,84 juta barel menjadi 488,3 juta barel per 20 Januari, tertinggi sejak November. Adapun cadangan minyak di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan terbesar AS dan titik pengiriman WTI, turun 284 ribu barel pekan lalu.
Stok bensin AS naik 6,8 juta barel menjadi 253,2 juta barel, tertinggi sejak Februari. Persediaan bahan bakar distilasi, yang mencakup solar dan minyak pemanas, naik 76 ribu barel ke 169,1 juta barel.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Kuwait Essam Al-Marzouk menyatakan negaranya mengharapkan seluruh anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara non-OPEC mematuhi seluruh kesepakatan pemangkasan produksi, karena beberapa negara belum sepenuhnya melakukan pemotongan.
Baca : Setelah Lama 'Tidur,' BUMI Masuk Jajaran Saham Pilihan
"Ada banyak pembicaraan tentang pengurangan produksi OPEC, non-OPEC tapi kenyataannya pasokan minyak mentah AS sangat tinggi dan kini meningkat," ujar Thomas Finlon, direktur Energy Analytics Group kepada Bloomberg, seperti dikutip bisnis.com, 26 Januari 2017.
"Bensin selalu meningkat pada saat-saat ini, tapi ini berbeda. Saya terkejut dengan kecepatan pertumbuhan pasokan," lanjutnya.
BISNIS.COM