TEMPO.CO, Phoenix - CEO Freeport-McMoRan, Richard Adkerson, menyatakan akan memangkas produksi tambang Grasberg, Papua hingga 40 persen dari total kapasitas jika tidak mendapatkan izin ekspor.
Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu menyatakan sudah menyampaikan rencana pemangkasan produksi kepada pemerintah Indonesia. Pemangkasan produksi dan pemutusan hubungan kerja sebagian pekerja akan dimulai pada pertengahan Februari mendatang.
“Perusahaan sudah membatasi pasokan konsentrat tembaga,” ujar Adkerson, seperti dilansir Reuters, Rabu, 25 Januari 2017.
Baca: Logam Mulia Bakal Tertekan Penguatan Pasar Ekuitas AS
Freeport menyatakan sudah tidak mengekspor konsentrat tembaga dari Indonesia sejak 12 Januari lalu. Akibat pelarangan itu, kini pasokan tembaga di pasar global berkurang lebih dari 2 persen. Menurut Adkerson perseroan akan menekan beban biaya tambang dan menunda rencana investasi senilai miliaran dolar AS untuk proyek tambang bawah tanah dan smelter tembaga yang kedua di Indonesia.
Induk usaha PT Freeport Indonesia tersebut mengklaim telah menerima indikasi akan mendapatkan izin ekspor kembali, setelah mengubah status kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Juru Bicara Freeport membenarkan bahwa perusahaan akan segera bisa kembali mengekspor konsentrat. Per bulannya, selama dilarang ekspor, produksi tambang Grasberg diperkirakan terpangkas sebesar 70 juta pounds tembaga dan 100 ribu ounces emas. Perusahaan juga memangkas proyeksi penjualan pada Tahun 2017. Selain itu target produksi juga dipangkas menjadi 4,1 miliar pounds tembaga dan 2,2 juta ounces emas tahun ini.
Baca: BI Perkirakan Harga Minyak Mentah Naik Jadi US$ 47
Harga saham Freeport-McMoRan, pada perdagangan Rabu sore, 25 Januari 2017 waktu New York anjlok hingga 5,8 persen menjadi US$ 16,04 per saham. Saham perusahaan terimbas sentimen negatif akibat kalah gugatan dengan Pemerintah Daerah Papua dan dilarang ekspor oleh pemerintah Indonesia. Perusahaan melaporkan bahwa laba per saham anjlok 25 sen per saham, atau jauh di bawah perkiraan analis yang sebesar 34 sen per saham.
Menurut Analis dari Jefferies, Christopher LaFemina, dihentikannya ekspor konsentrat tembaga oleh Freeport justru mendongkrak harga komoditas tembaga di pasar dunia ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir yakni US$ 5.973 per ton pada Rabu.
REUTERS | ABDUL MALIK