TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump berencana kebijakan proteksionis akan menjadi fokus kebijakan ekonomi global tahun ini. Presiden Direktur Aberdeen Asset Management Sigit Pratama Wiryadi menilai rencana Trump telah membuat modal asing yang selama ini diinvestasikan di Indonesia kembali keluar (capital outflow).
Market juga menunggu realisasi dari wacana kebijakan proteksionis tersebut mengingat Amerika telah memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga hingga tiga kali untuk tahun ini.
Baca: Dampak Tak Langsung Trump ke RI Bakal Terasa hingga 6 Bulan
Seperti dalam kampanye politiknya, Trump ingin Amerika menjadi great again di segala bidang, salah satunya dalam hal pembangunan manufaktur. Menurut dia, Indonesia bisa mengambil peluang dalam hal ini.
Terlebih Indonesia masih menjadi salah satu pengekspor terbesar di bidang komoditas, yang pasti diperlukan dan memberikan andil dalam pembangunan di Amerika.
Baca: Ini Daftar Lengkap Perusahaan Donald Trump di Indonesia
"Menurut saya, kalau itu yang terjadi, Indonesia kan ekspor majornya komoditi. Kalau di Amerika kan manufacturing yang difokuskan. Sedangkan kalau permintaan komoditas naik, maka domestic consumption juga membaik," kata Sigit dalam konferensi pers di kantor Aberdeen Asset Management, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 24 Januari 2017.
Direktur Investasi Aberdeen Asset Management Bharat Joshi menambahkan, peningkatan harga komoditas akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini lah yang akan membawa multiplier effect yang positif.
Menurut Bharat, per 2016 harga komoditas telah mengalami perbaikan atau recovery dari penurunan degresif yang terjadi sejak 2011. Meski peningkatan tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan 2011.
"Diharapkan dengan kebijakan dari Amerika ini justru akan membawa peningkatan, karena untuk membangun manufaktur mereka juga butuh komoditas, seperti copal, bijih besi, dan lain-lain," ucapnya.
DESTRIANITA