TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) mati berturut-turut sepanjang dua bulan terakhir. Sejak Desember 2016, terjadi setidaknya sepuluh kali kerusakan dan berpotensi merugikan keuangan perusahaan minyak dan gas milik negara itu Rp 1 triliun lebih.
Baca: Ini Daftar Lengkap Perusahaan Donald Trump di Indonesia
Komisaris Pertamina akan memanggil jajaran direksi untuk meminta penjelasan penyebab kerusakan kilang yang terjadi berurutan itu. “Besok (hari ini) kami akan panggil direksi untuk menjelaskan kasus gangguan dan terbakarnya kilang,” ujar Komisaris Utama, Tanri Abeng, Senin, 23 Januari 2017.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan belum mengetahui rencana ini. Dia menampik potensi kerugian mencapai triliunan rupiah. Menurut dia, perusahaan hanya kehilangan potensi keuntungan kilang. “Margin kilang itu enggak besar,” katanya kepada Tempo.
Baca: Dampak Trump, Pemerintah Diminta Waspadai Pelarian Dana
Sejumlah sumber dari lapisan atas perusahaan itu serta praktisi kilang menghitung angka potensi kerugian berasal dari pendapatan yang hilang karena kilang tak menghasilkan bahan bakar minyak. Padahal biaya tetap terus keluar. “Gaji pegawai kan harus tetap dibayar,” ujar sumber dari kalangan dalam perusahaan, Senin.
Kerusakan paling sering terjadi di kilang Balikpapan atau Unit Refinery V, yakni tiga kali dalam dua bulan. Pada 2 Desember lalu, kilang di ibu kota Kalimantan Selatan itu padam total karena pembangkitnya rusak.
Baca: OJK Hentikan Operasional 6 Perusahaan Investasi Ilegal
Pemadaman mempengaruhi operasional sejumlah unit, seperti fasilitas penyuling minyak mentah, crude distillation unit, dan hydrocracking unit. Kilang baru beroperasi normal tiga pekan kemudian, yakni pada 25 Desember 2016. Setelah itu, kilang beberapa kali ngadat.
Pada 15 Januari 2017, kilang kembali padam total, juga akibat kerusakan pembangkit. Kali ini penyebabnya adalah pipa uap bocor. Beberapa fasilitas kilang pun harus dimatikan. Unit-unit dihidupkan dan baru beroperasi normal kembali pada Sabtu, 21 Januari lalu. Kerusakan juga terjadi di kilang Cilacap (Jawa Tengah) dan Dumai (Riau).
Baca: Begini Perencanaan Reklamasi Pelabuhan Patimban
Kilang Balikpapan tergolong sangat strategis karena merupakan penyuplai bahan bakar minyak terbesar kedua di Indonesia, setelah kilang Cilacap. Kilang ini meliputi dua unit dan mampu mengolah minyak mentah 260 ribu barel per hari. Salah satu produk utamanya adalah solar, yang bisa dihasilkan sebanyak 125 ribu barel per hari.
ROBBY IRFANY | RETNO SULISTYOWATI