TEMPO.CO, New York - Nilai kurs dolar Amerika Serikat ambruk ke level terendah dalam tujuh pekan terhadap sejumlah mata uang dunia pada Senin, 23 Januari 2017, waktu Amerika, atau Selasa dinihari WIB. Anjloknya dolar Amerika akibat pelaku pasar prihatin terhadap awal pemerintah Presiden Donald Trump yang sejauh ini diguncang gelombang demonstrasi, pidato soal proteksionis di bidang perdagangan dan rangkaian respons negatif masyarakat di media sosial Twitter.
Indeks dolar Amerika terhadap enam mata uang utama dunia anjlok 0,6 persen menjadi 100,16. Penurunan itu mulai dari amblesnya nilai dolar Amerika sebesar 1,4 persen terhadap yen Jepang menjadi 113,01 yen per dolar Amerika. Anjloknya dolar Amerika terhadap yen ini adalah yang terbesar dalam dua pekan terakhir.
"Ada kegelisahan besar setelah pidato Trump yang sangat agresif, merkantilis yang kebanyakan fokus kepada proteksionis," kata John Hardy, kepala strategi valuta asing Saxo Bank, di Copenhagen, seperti dilansir Reuters, Senin, 23 Januari.
Baca: Penguatan Rupiah Diperkirakan Berlanjut Hari ini
Portofolio modal beralih mengalir ke yen akibat ketidaktentuan politik Amerika itu sehingga mata uang Jepang tersebut menguat dua sesi berturut-turut terhadap dolar Amerika. Sejak awal tahun ini yen telah menguat tiga persen.
Pesan soal "Amerika yang utama" dari Trump telah diikuti oleh demonstrasi terkoordinasi di kota-kota Amerika, perang kata-kata antara anggota kabinetnya dengan media massa, dan konfirmasi sejumlah pakta dagang utama menuju keambrukan.
Semua faktor yang menghadirkan ketidaktentuan dalam arah kebijakan Trump ini akan menciptakan gelombang dalam beberapa bulan ke depan terhadap presiden baru Amerika itu.
Ekonomi merkantilis adalah kebalikan dari liberalisme, di mana pemerintahan melakukan campur tangan besar dalam pasar dengan menerapkan aturan-aturan. Juga disebut nasionalisme ekonomi yang populer di Eropa Barat pada abad 16-18.
Baca: Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.369
"Yang ditakutkan adalah ketika sejumlah gagasan akan mendukung dolar Amerika, pendekatan merkantilis dan pernyataan Trump belakangan ini bahwa kebijakan mata uang Cina terlalu lemah, memicu dugaan bahwa Trump akan menggunakan kebijakan ini untuk merisak negara lain agar dolar Amerika jadi lemah,” kata Hardy mengungkapkan.
Indeks dolar Amerika telah melesat 4,2 persen sejak Trump dipilih November silam sampai akhir tahun lalu, sejak itu balik tersungkur sampai 2,5 persen. Saat itu, dolar Amerika menguat karena kemenangan Trump menimbulkan asumsi pelaku pasar bahwa pemerintahan baru Amerika akan fokus kepada stimulus fiskal yang pro pertumbuhan, pengurangan pajak, dan reformasi aturan yang dapat memicu inflasi sehingga memaksa bank sentral Amerika, Federal Reserve, menaikkan suku bunga tahun ini yang lebih cepat dari perkiraan.
ANTARA