TEMPO.CO, Jakarta - Mengawali pekan terakhir di Januari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hari ini, diperkirakan cenderung bergerak di teritori negatif.
Menurut analis saham dari First Asia Capital, David Sutyanto, pelemahan tersebut menyusul minimnya insentif positif dan meningkatnya kekhawatiran risiko keluarnya modal asing (capital outflow). Selain itu, harga komoditas logam yang cenderung tertekan akhir pekan lalu berpotensi menekan kembali harga saham sektor tambang logam.
Lihat: Rupiah Diproyeksi Menguat Setelah Pelantikan Donald Trump
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5.210 hingga resisten di 5.270, cenderung bergerak di teritori negatif," kata David dalam pesan tertulisnya, Senin, 23 Januari 2017.
Perdagangan saham akhir pekan lalu didominasi aksi jual sejumlah saham berkapitalisasi besar yang menekan IHSG ditutup terkoreksi 44,637 poin (0,84 persen) di 5.254,311. Ini merupakan posisi penutupan terendah IHSG sejak awal tahun ini.
Baca: Jakarta-Surabaya Cukup Kereta Ekspres Saja, Ini Kajian BPPT
Menurut David, koreksi ini sebagai antisipasi pasar menjelang pelantikan Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat, akhir pekan lalu. Pasar cenderung menghindari aset berisiko dan lebih mengambil posisi wait and see mencermati kebijakan-kebijakan ekonomi yang akan diambil Trump setelah dilantik sebagai Presiden Amerika.
Pada saat bersamaan harga, sejumlah komoditas tambang logam dan perkebunan turut tertekan, yang memicu tekanan di sejumlah saham pertambangan dan perkebunan. Arus dana asing kembali keluar dari pasar saham, akhir pekan kemarin. Ini terlihat dari penjualan bersih asing yang mencapai Rp 383 miliar.
Selama sepekan IHSG terkoreksi 0,35 persen, melanjutkan koreksi pekan sebelumnya 1,4 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sepekan kemarin juga ikut terkoreksi 0,6 persen di Rp 13.382.
Sementara Wall Street akhir pekan lalu berhasil menguat terbatas setelah koreksi selama empat hari perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA akhir pekan lalu menguat 0,5 persen di 19.827,25. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing menguat 0,3 persen di 2.271,31 dan 5.555,33.
Pasar saham global saat ini tengah menanti kebijakan 100 hari pertama Trump dengan susunan kabinetnya. "Kebijakan protektif Trump akan meningkatkan risiko perekonomian emerging market," tutur David.
DESTRIANITA