TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni Program Habibie, Rony Mamur Bishry, meminta pemerintah waspada terhadap efek kebijakan Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump, dalam setahun ke depan. Menurut dia, pemerintah mesti memikirkan pasar baru ekspor jika Trump benar-benar menerapkan kebijakan proteksi.
"Untuk ekspor, kita berpikir masih akan mendapatkan manisnya Amerika. Kalau nanti Amerika tidak mau impor, siapa penggantinya? Siapa alternatifnya? Itu harus dipikirkan," kata Rony, yang juga Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, dalam diskusi di Al Jazeerah Signature, Jakarta, Sabtu, 20 Januari 2017.
Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Amerika Serikat Jimmy Rifai Gani berujar, pemerintah juga mesti mewaspadai rencana bank sentral Amerika, The Fed, yang akan meningkatkan suku bunganya sebanyak tiga kali tahun ini.
Baca :Donald Trump Dilantik, Perbaikan Indeks Daya Saing Mendesak
"Kalau The Fed meningkatkan suku bunga, uang di semua negara, termasuk Indonesia, akan masuk ke sana," ucapnya.
Rencana Trump untuk tidak ikut Trans-Pacific Partnership, menurut Jimmy, juga akan mengubah konstelasi dan struktur perdagangan dunia. "Proteksionisme akan dilakukan. Mereka akan mengedepankan investasi untuk masuk ke Amerika," tutur Direktur Eksekutif Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) tersebut.
Namun, Rony mengingatkan, kebijakan Trump di bidang ekonomi dan perdagangan internasional harus melalui persetujuan Kongres Amerika, sehingga perubahannya tidak akan terlalu cepat.
"Di Amerika, tidak mudah mengubah sesuatu tanpa persetujuan Kongres. Kalau dia mau menurunkan pajak tapi Kongres tidak setuju, tidak bisa."
Baca : Donald Trump Jadi Presiden AS, Ekspor Sawit RI Terancam
Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika ke-45 pada Jumat, 20 Januari 2017, waktu setempat. Dalam kampanyenya, Trump selalu memberi sinyal bahwa ia akan menerapkan kebijakan proteksionis. Selain itu, dia akan mengurangi pajak, menaikkan upah minimum, dan memulangkan imigran ilegal yang banyak tersebar di negara tersebut.
ANGELINA ANJAR SAWITRI